Dunia musik Indonesia memiliki tradisi perkusi yang kental. Kekuatan ini membuat Indonesia layak menjadi mercusuar perkembangan musik perkusi di Asia, bahkan dunia. Namun sayangnya, potensi ini belum sepenuhnya dikembangkan. Untuk menjawab tantangan ini, Yayasan Musik Amadeus Indonesia (YMAI) menggelar pagelaran musik bertajuk “Kenopsia”. Kenopsia merupakan konser perkusi penuh pertama dalam sejarah 30 tahun berdirinya yayasan tersebut. Konser ini menampilkan Amadeus Percussion Ensemble (Ampere). Konser ini menghadirkan Adi Schober, perkusionis Austria.

Seperti dilansir dalam rilisnya, sebelumnya YMAI pernah menggelar Indonesia Percussion Composition Competition (IPECC) dan Indonesia Percussion Meeting (IPM). Konser yang diadakan di gedung GoetheHaus Jakarta pada akhir pekan lalu ini mengukir sejarah dengan menampilkan world premiere karya-karya pemenang IPECC.

Program konser adalah “Novena” karya James Swearingen, diaransemen oleh I Nyoman Trieswra Minartha, kemudian karya-karya pemenang IPECC, antara lain “Dialektika, Dualitas, Kontradiksi” karya Arya Pugala Kitti dan Lucy Freia, “Restrained” karya Andre, “March 16th” karya Jeremia Saputra, dan “Kenopsia” karya Regina Budiyanto Sutisno.

Paruh kedua konser menampilkan “Blue Samba” karya Murray Houllif, “Solo” karya Adi Schober, “The Music of James Bond” karya James Bocook diaransemen oleh I Nyoman Trieswara Minartha, “Mambo Africano” karya Alice Gomez dan Marily Rife, lalu “Suite for Solo Drumset and Percussion Ensemble” karya David Mancini dengan solis Adi Schober.

Grace Soedargo mendirikan Sekolah Musik Amadeus (SMA) di bawah naungan Yayasan Musik Amadeus Indonesia pada 1992. Sejak itu, SMA telah mendidik ribuan murid dari berbagai usia, dimulai dari usia dua tahun. Dan saat ini terdapat lebih dari 200 siswa yang mempelajari piano, alat gesek, tiup, juga perkusi.

Dengan 25 guru, SMA terus mengembangkan musik klasik di Indonesia melalui pendidikan di ruang kelas, juga melalui bermain bersama di berbagai orkes siswa dan ensambelnya. Sekolah ini merupakan satu-satunya sekolah musik di Asia Tenggara yang berafiliasi dengan Johann Sebastian Bach Musikschule (JSBM), sebuah sekolah musik di Wina, Austria.

“Dengan mengadakan IPECC, IPM dan konser Kenopsia, Amadeus bermaksud membuat gebrakan dalam musik perkusi di Indonesia,” kata Grace. Dia berharap, para perkusionis Indonesia terinspirasi dan bersemangat dalam mengembangkan permainannya sesuai standar dunia.

Sebagai informasi, Perkusionis, Adi Schober, menjadi “bintang” yang akan meramaikan “Kenopsia” lahir pada 1967 di Holabrunn, Austria. Ia mulai belajar perkusi pada usia lima tahun dan juga mempelajari piano, orgel, dan terompet.

Studi perkusinya dilanjutkan di Hochschule für Musik und darstellende Kunst Wien di bawah Prof Horst Berger. Ia juga belajar drumset dan perkusi di bawah Prof Fritz Ozmec, lalu belajar perkusi jazz di Konservatorium der Stadt Wien di bawah Prof Walter Grassmann.

Dia juga mempelajari pedagogi perkusi di bawah Prof Kurt Prihoda. Ia telah mengajar di berbagai kota di Austria, mendirikan “Adi Schober Quintett”, bermain perkusi dalam orkestra dan big band dan menjadi direktur musik berbagai festival di Austria. Sejak 2009, ia mengembangkan terapi melalui ritme bersama dr Kurt Sindermann dan dr Barbara Schaffer untuk orang-orang dengan gangguan mental. Adi memiliki studio rekaman pribadi di mana ia merekam karya-karya improvisasinya, juga digunakan untuk “Internationale Ignaz J Pleyel Gesellschaft”, “Gramola”, dan “Apollon”.

Amadeus Percussion Ensemble (Ampere) dibentuk pada Agustus 2017, bersamaan dengan perayaan perak Yayasan Musik Amadeus Indonesia dan Sekolah Musik Amadeus. Pembentukan ini menindaklanjuti pendirian departemen perkusi Sekolah Musik Amadeus pada tahun yang sama dengan Ryan Saputro sebagai kepalanya dengan tujuan menghasilkan pemain perkusi bertaraf internasional. [ant/medril/ly/foto:YMAI]