Jangan harap menemukan ornamen berbau Jepang walau nama mereka KIMONO. Mereka bukan orang Jepang, tak pula mengenakan baju kimono, tidak juga memainkan music j-rock. Mereka adalah band asal Manado yang sedang berjuang menembus industri musik tanah air. Adalah vokalis cewek Eno, yang ditemani Yudi (bass), Kenny (keyboard), Amat (gitar) dan Nizar (drum), sekumpulan anak muda yang memainkan musik pop ceria.

Nama KIMONO diambil dari dua kata ‘key’ dan ‘mono’, yang artinya ‘satu kunci’. Dan sempat menggunakan nama Q-Mono namun akhirnya diganti menjadi KIMONO saja biar mudah dikenal. “Kami mencoba mengambil filosofi dari nama itu bahwa kami mempunyai satu impian, satu tujuan yang akan kami jalani bersama-sama demi mencapai kesuksesan,” jelas Eno, cewek cantik yang bertugas sebagai vokalis di KIMONO.

Perjalanan karir KIMONO dimulai sejak 2003 di Manado. “Kita memulai dengan bermain dari acara-acara sekolah dan kegiatan indie serta festival di Manado dan ekitarnya,” cerita Yudi. Puncaknya ketika dua tahun berturut-turut menjadi pemenang A Mild Live Wanted 2007 dan 2008 regional Sulawesi Utara. Dan masih di tahun 2008 mereka menimba pengalaman tampil di Soundrenaline yang berlangsung di Jogjakartta.

Pertengahan 2008 KIMONO merilis mini album “The Sun is Rising” yang diedar di Manado dan sekitarnya. Setelah merilis mini album itu mereka sepakat hijrah ke Jakarta untuk mengejar mimpi yang lebih tinggi. Dan tak menunggu lama ketika mereka ditawari sebuah major-label untuk ikut dalam album kompilasi. Sebuah langkah awal yang baik.

Dan baru-baru ini KIMONO telah menandatangani kontrak dengan perusahaan rekaman digital Dr.M. dan akan segera merilis single bertajuk “Cinta Terbelah Dua”, sebuah lagu pop dengan beat ceria karya Eno dan Ari Bias  yang pastinya bisa membuat semua yang mendengarkan ikut bergoyang serta bergembira. Lagu ini akan dilempar ke radio medio Februari nanti. “Semoga lagu kami bisa diterima pencinta music tanah air. Mungjin ini harapan semua band baru,” harap Kenny. (pr/bug)