Sedikitnya 220 alat musik tradisional dari berbagai daerah di Nusantara dipamerkan di Museum Sri Baduga, Jalan BKR, Bandung. Pameran bertajuk "Mengurai Beda Merangkai Sama" yang diikuti 31 museum di Indonesia itu resmi dibuka kemarin, Selasa, 4 Juni 2013.

Menurut ketua pelaksana, Bambang Subarnas, pameran ini merupakan program pemerintah, bekerja sama dengan seluruh museum provinsi di Indonesia. "Nantinya pameran ini akan dimeriahkan dengan berbagai acara seperti workshop, seminar, pertunjukkan musik hingga pasanggiri (Mojang-Jajaka)," jelas Bambang.

Dikatakan, sebenarnya pameran keragaman alat musik tradisional ini telah berlangsung tiga kali. Pada 2010, pameran tersebut digelar di Museum Nasional Jakarta, sedangkan pada 2011 digelar di Jambi dan 2014 depan di Nusa Tenggara Barat.

Nantinya, pameran alat musik tradisional ini  akan dibuat berkelanjutan setiap tahun di tempat yang berbeda-beda. "Dengan adanya kerjasama pihak swasta, tidak menutup kemungkinan konten acaranya akan lebih besar," katanya berharap.

Menurut Kepala Museum Sri Baduga, Ani Ismarini, pameran ini bertujuan untuk mempertahankan dan memperkenalkan beragam alat musik tradisional yang ada di Indonesia. Selama ini alat musik tradisional sudah mulai terlupakan.

"Anak-anak muda lebih memilih alat musik modern," katanya. Ani berharap, masyarakat dapat memberi masukan kepada pihak museum mengenai keberadaan alat musik tradisional. "Mudah-mudahan pameran ini dapat menggugah masyarakat jika memiliki barang-barang antik untuk disumbangkan ke museum," ujar Ani.

Pameran ini akan berlangsung selama satu bulan, dan dibuka setiap hari kecuali hari Senin. Karena Jawa Barat menjadi tuan rumah, pada akhir acara, panitia akan menggelar pelatihan memainkan angklung. Di Jawa Barat sendiri, ada sekitar 386 jenis alat musik tradisional. Namun sayang, hampir setengahnya sudah punah. [tempo/tir/foto:istimewa]