Dalam upaya membuat musik daerah lebih menarik, sejumlah musisi melakukan kolaborasi alat musik yang digunakan. Ya, selain alat musik tradisional, mereka juga mengusung penggunaan alat musik modern, misalkan drum atau piranti "disk jockey". Seperti halnya yang dilakukan grup musik dan topeng Betawi "Ratna Sari". "Kami berupaya membuat sesuatu yang baru dan menarik agar orang kembali mencintai hasil karya leluhurnya," kata Entong Sukirman, pemimpin "Ratna Sari".
Dalam pagelaran musik "Eksperimentasi Musik Etnik di Ruang Publik" yang digelar di Kampung Kemang, Jakarta Selatan,Sabtu malam (20/9), Entong menggabungkan Rebab, gendang, saron, rebana dengan terompet, saxofon, drum, dan yang terbaru dengan piranti disc jockey. "set digabung sehingga musik yang dihasilkan lebih enerjik dan penuh warna," katanya.
Menurunya, kini sudah banyak anak muda yang kembali berminat pada jenis musik etnik. "Lumayan meningkat peminat dari generasi mudanya terlihat dari yang hadir di acara kemarin kebanyakan adalah remaja usia sekolah dan kuliah," ujarnya.
Dalam pementasan pada Sabtu malam, Entong dan kelompoknya bermain bersama dengan seniman musik etnik lainnya seperti Anusirwan (Altajaru), Mohamad Ichlas (Cilay Ensemble). Mereka membawakan lagu hasil karaya mereka sendiri seperti 'Karnaval Betawi' dan 'Samba Ajeng'.
Entong adalah seniman kelahiran kampung Ciracas 1969. Ayahnya, H. Kisam Djiun (almarhum) maupun ibunya, Hj. Amah (almarhumah), adalah seniman kesenian topeng Betawi.
Saat masuk SMP, Entong mulai menekuni kesenian Topeng. Ia belajar otodidak dengan mengamati setiap pertunjukan topeng Betawi. Pertama kali Entong ke luar negeri tahun 1988 dalam rangka World Drum Festival di Sidney, Australia. Sejak saat itu, ia sering ke luar negeri untuk memperkenalkan kesenian topeng Betawi.
Penerima Angerah Kebudayaan dari Pemda DKI Jakarta tahun 2007 tersebut melatih ratusan anak didik yang berminat memperdalam tari openg Betawi di Anjungan DKI Jakarta TMII. [ant/tir/foto:istimewa]