Dewi “Dee” Lestari meluncurkan karya terbarunya, Rectoverso: Sentuh Hati dari Dua Sisi. Setelah dua tahun lalu meluncurkan antologi cerpen dan prosa Filosofi Kopi serta album solo Out of Shell, kali ini Dee menciptakan karya unik dan pertama di Indonesia, yakni berupa gabungan fiksi dan musik.

Karya yang terdiri atas kumpulan 11 cerita pendek dan 11 lagu dengan judul yang sama itu kembali memosisikan seorang Dee tidak hanya sebagai penulis, tetapi juga penyanyi dan pemusik unggul. Hal itu dibuktikan dengan penggabungan dua media, buku dan lagu, dalam satu karya yang unik.

Menikmati Rectoverso seolah mengalami kisah hidup itu sendiri. Kita mencerap sebuah pengalaman tak hanya dari satu gerbang tapi banyak gerbang. Saat kita mendengar melodi lagu atau penggalan lirik, di balik itu terdapat sejuta kisah dan kesan yang mengikuti.

Memakan waktu selama satu tahun, akhirnya terciptalah Rectoverso. “Saya mengumpulkan lagu demi lagu, mencipta beberapa lagu baru, kemudian mencicil menuliskan prosanya, hingga akhirnya terkumpullah sebelas lagu dan sebelas cerpen ini,’’ tutur Dee.

Karya itu berawal dari proses kreatif sebuah lagu berjudul “Hanya Isyarat” yang dibuat awal tahun 2006.

Inspirasi
“Saya merasakan bagaimana kadang inspirasi tidak berpuas diri mewujud lewat satu saluran saja. Inspirasi yang sama seolah menggedor saya untuk terus mencari bentuk lain, hingga ’Hanya Isyarat’ akhirnya terwujud juga dalam sebuah cerita pendek,” ungkapnya.

Ketika keduanya terwujud, lanjut dia, dirinya terpukau melihat bagaimana kedua karya itu hadir seperti saling bercermin, sekaligus juga bisa dinikmati sebagai dua karya yang terpisah,” ungkapnya.

Karena berbasiskan lirik, maka penulisan cerpen Rectoverso pun cenderung liris dan puitis. Penokohan bukan hal utama, melainkan lebih ditekankan pada penuturan yang personal seperti layaknya catatan pribadi. (tn-45)

sumber: suara merdeka