Gelaran "Indonesian Drums and Percussions" (IDP) Festival di Kota Tasikmalaya, Minggu malam, 16 November 2014 mendapat banyak apresiasi dari berbagai pihak. Menurut Ketua IDP Festival, Ekki Soekarno, selain sebagai ajang bertemunya para pemain drum dan perkusi,  acara tersebut juga bertujuan untuk mendirikan sebuah museum perkusi. "Di Indonesia belum ada museum perkusi. Dari bagian drummers kita ambil perkusinya saja," kata Ekki  

Ditambahkan Ekki, pendirian museum juga  untuk melestarikan, mengembangkan, dan mengenalkan perkusi kepada generasi muda. "Jenis alat musik perkusi harus dikenalkan kepada generasi muda supaya ada regenerasi," papar Ekki

"Sejago apapun main drum, kalau tidak tahu budaya, malu sama orang asing. Buat apa? Orang asing saja mau care, kok kenapa kita tidak," kata dia sambil menunjuk kepada salah seorang warga negara asing yang menghadiri IDP Festival di Tasikmalaya.

Nantinya, menurut Ekki, di museum tersebut terdapat alat musik perkusi. Tak hanya itu, nanti ada keterangan dari mana perkusi tersebut berasal dan bagaimana cara memainkannya. Ekki mengatakan mayoritas masyarakat Indonesia hanya mengenal gendang jawa saja. Padahal sangat banyak jenis alat musik perkusi di Indonesia.

Ekki melanjutkan, digelarnya IDP Festival juga untuk mendata alat musik perkusi di suatu daerah, senimannya, dan pelaku industrinya. "Di Bandung ada angklung. Di Tasik dan Ciamis ada angklung, Tasik juga ada karinding yang sekarang tidak ada generasi penerus," katanya.

IDP Festival di Tasikmalaya diikuti oleh 30 drummers. Peserta terbaik nantinya akan dibawa ke Jakarta untuk pentas bersama drummers terbaik dari daerah lain. Selain itu, ada pula kolaborasi drum dengan rampak kendang, dan drum dengan angklung. [tempo/cin2/foto:istimewa]