Minimnya pembeli keping CD/kaset, perusahaan rekamanan menyiasati distribusi dengan memanfaatkan jaringan toko/minimarket/SPBU hingga restoran waralaba. Cara ini dinilai efektif karena, ditengahnya maraknya aksi pembajakan, ada sebuah group band yang masih sanggup menjual CD dalam jumlah banyak dalam waktu singkat. Group rock "Slank" salah satunya.  Manajemen "Pulau Biru", label yang menaungi Slank yang notabene milik manajemen slank juga, menempuh cara ini yang sebelumnya dinilai terlalu "cemen" karena membundling album dengan pembelian makanan.

Jauh sebelumnya, perusahaan waralaba kentucky fried chicke (KFC) yang memiliki ijin resmi usaha bernama PT Fastfood Indonesia Tbk melakukan langkah strategis. KFC menerapkan strategi jemput bola dengan membuat divisi khusus yang menangangi anak-anak muda yang ingin tampil menjadi musisi ternama. Ketika pembukaan pendaftaran band dibuka, lebih dari 100 band mendaftarkan diri dan siap "dimanajemeni" KFC.

Diawal promosi memang kurang berjalan dengan sukses, namun karena kejelian manajemen memilih atau mengaudisi band-band maka lahirlah band-band  baru yang dikenal luas, seperti  "Juliette", "Antik" dan "Beage". Lagu-lagu mereka diputar berulang-ulang di resto yang tersebar dihampir seluruh propinsi di Indonesia. Standar promosi album diterapkan dengan "selalu menawarkan" album tersebut kepada siapapun yang membeli ayam KCF. KFC juga tidak segan-segan memberikan album (CD) secara cuma-cuma kepada konsumen dengan pembelian produk KFC dalam jumlah tertentu. Hasilnya? fantastis! Selain terdongkrak penjualan, nama band juga makin dikenal, apalagi wajah personel band kerap menghiasi ornamen di setiap resto KFC, baik yang melekat di dinding atau dalam bentuk X-banner yang dipasang disetiap sudut ruangan.

Kesuksesan KFC dengan menjual langsung album menarik minat sejumlah label dalam mendistribusikan albumnya, mulai dari artis dan penyanyi anak, "Umay", "Agnes Monica", "Opiek", "Sm*sh", hingga "Slank". Belakangan pentolan "Republik Cinta Manajemen" Ahmad Dhani juga tertarik dengan model distribusi seperti yang dilakukan Slank lewat KFC.

Ditengah maraknya aksi pembajakan, memang telah menciutkan "nyali" berkarya  para musisi, penyanyi dan pencipta lagu. Betapa tidak, hari ini mereka meluncurkan album terbarunya, keesokan harinya album anyar mereka sudah terpampang di lapak kaki lima. Tidak hanya itu, forum dunia maya,  dan sejumlah website liar juga menyediakan link download untuk berbagi.

Menurut data Persatuan Artis Penyanyi, Pencipta Lagu dan Penata Musik Rekaman Indonesia (PAPPRI), pembajakan yang kian berkembang tersebut sudah merugikan hingga 1,8 Triliun pertahun. Artinya milyaran rupiah artis dirugikan setiap bulannya.  Dan kebalikan, milyaran rupiah yang dinikmati oleh pembajak dengan cara yang sangat mudah.

Akibat tingginya kerugian, tidak sedikit musisi dan penyanyi yang berfikir ulang untuk menciptakan album baru. Makanya mereka memilih cara aman dan mudah pula, dengan mengaransemen lagu lama dengan ditambahi satu-dua lagu untuk dijadikan album anyar mereka. Untuk mendapatkan penghasilan, banyak band yang mengandalkan jadwal konser atau tour keliling Indonesia atau ke luar negeri.

Belakangan RBT juga cukup menggiurkan para penyanyi dan musisi dengan pendapatan royalti dengan angka fantastis. Namun dengan maraknya sms penipuan dan teknik pengelolaan membership yang tidak transparan, cara mendownload RBT kini kurang diminati. Sementara kebijakan pemerintah menutup web ilegal penyedia download juga tidak berjalan dengan baik.  

Cara distribusi yang dilakukan oleh label di Indonesia memang tergolong unik, pemanfaatan usaha lain diluar bidang musik sebagai jalur distribusi terbukti sukses. Namun kedepannya, para pelaku industri musik sudah harus melirik dan serius menggarap cara distribusi digital yang sudah marak di negeri tetangga.

Sejumlah pelaku  industri musik di dalam negeri sendiri telah mencoba  memanfaatkan media digital (internet) untuk mendistribusikan lagu hasil karya band dan musisi, namun sepertinya kurang berhasil. Padahal cara ini lebih efektif dan global. Para penyuka musik  bisa mendownload, setelah meregistrasi dan melakukan pembayaran, mereka bisa memilih dan mendownload lagu yang mereka inginkan. Para penyuka musik Indonesia yang di tinggal atau berada di luar negeri bisa mendapatkan lagu kesayangan mereka dengan cara yang mudah. Pertanyaannya, apakah cara digital ini aman dari duplikasi atau pembajakan? Sudah pasti tidak. Karena bagaimanapun model yang kita buat dan terapkan untuk mendistribusikan lagu, sulit akan berhasil jika attitude mereka yang mengaku penggemar masih melakukan pembajakan dengan menshare lagu dengan alasan apapun.

Dalam rangka mendukung industri musik legal dan mengurangi angka pembajakan, dibutuhkan kerjasama semua pihak termasuk para penggemar dan penyuka band. Dengan model kampanye yang simpatik, berkesan dan elegan diharapkan bisa memberikan efek psikologi tentang buruknya melakukan pembajakan.  Misalkan dengan kampanye melalui konsep iklan yang memberikan pesan; jika mereka yang mengaku menggemari band atau musik tertentu harus mendukung kampanye antipembajakan dengan tidak menshare atau menduplikasi hasil hak cipta. Jika masih membajak maka "kecintaannya" perlu dipertanyakan. Untuk itulah peran para fans band yang ikut mengkapanyekan anti pembajakan juga bisa menjadi alat efektif. [rendra/penikmat musik indonesia]