Hal yang paling pas ditulis saat musim kampanye seperti saat Ini, terkait dengan musik, adalah keterlibatan seniman musik ini dalam kancah politik. Dalam masa pemilihan presiden saat Ini, posisi musisi seakan terpencah menjadi dua kubu, kubu pertahana (01) dan oposisi (02).

Sebagai publik figur, kita semua mahfum posisi artis atau musisi memang cukup strategis. Selain namanya sudah cukup dikenal, mereka juga memiliki penggemar yang tidak sedikit. Dengan posisi strategis seperti itu tidak sedikit politisi yang berusaha “menarik” mereka untuk menjadi simpatisan atau pendukung. Tidak hanya itu, alasan kemampuan financial dari kehidupan musisi juga menjadi alasan sejumlah partai berupaya mendekati artis/ musisi tersebut. Karena seperti diketahui, terjun ke dunia Politik membutuhkan dana yang cukup besar. Maka golongan/kelompok Artis Atau musisi lah yang cukup menarik untuk dilirik.

Dengan posisi dukung-mendukung capres tertentu, maka para fans Atau penggemar juga terbelah. Ada beberapa pandangan umum para fans menyikapi idolanya yang berpolitik. Pertama, mereka yang menganggap hal itu biasa. Mereka yang memiliki sudut pandang ini menilai, urusan Politik tidak Ada hubungannya dengan hobi atau kegemaran mereka (fans) terhadap apa yang diidolakan. Meski mereka berbeda pilihan, para fans penganut paham Ini memandang biasa dan tidak perlu dipermasalahkan. Hobi tidak ada hubungannya dengan sikap politik musisi/artis yang diidolakan.

Kedua, mereka yang “radical” dalam menyikapi perbedaan Ini. Begitu melihat musisi/artis me milih capres tertentu, mereka langsung menyatakan kecewa dan memutuskan untuk tidak mengidolakan lagi. Bahkan Ada diantara mereka yang membuang atau membakar hasil karya musisi tsb; kaset/cd/  posters hingga merchandise sang idola. Mereka menyatakan kecewa dan protes atas sikap politik yang diambil sang the idola. Diantara mereka ada yang secara Terang-terangan pamer penolakan itu di social media. Menulis kalimat protes lengkap dengan photo aksi nya.

Kelompok ketiga, adalah mereka yang mengikuti sikap politik sang idola. Penggemar yang labil dan sekaligus loyal ini menjadi kekuatan tersendiri bagi sang musisi. Bagi nya, idola adalah sentrall tokoh yang layak menjadi panutan. Sikap, Gaya hidup dan pilihan politik merupakan identitas yg melekat pada musisi/artis maka, bagi mereka yang menganut aikap ketiga Ini. Idola adalah segala nya.

Masalahnya, diantara para penggemar tidak semua nya mengidolakan hanya pada satu musisi/artis. Kegalauan muncul ketika ada beberapa idola yang memiliki sikap politik yang bertentangan. Penggemar galau ini pun akhir menyikapi dengan apatis terhadap pilihan politis sang idola. Mereka bahkan menempuh “sikap” golput untuk urusan politik pilpres ini. Bagi nya hobi bersenang senang dengan musik Jangan diganggu dengan soal Politik.

Dengan sikap politik yang memihak terhadap kandidat tertentu, adakah imbas yang diperoleh musisi? Mungkin terlalu tergesa2 menjawab; jika akibat pilihan politik, musisi Akan tidak dicintai lagi oleh penggemarnya. Sebagian penggemar mungkin iya, namun pengaruh ini hanya sejenak saja. karena pesta lima tahunan akan segera berlalu dan musisi kembali berkarya. Bagi mereka yang sudah terlajur benci mungkin Akan mencari idola lain.  (lysthano/foto: cinmi)