Keinginan Sundari Soekotjo satu per satu mulai terwujud. Gelaran Krontjong Djoeara Noesantara yang dipertunjukan di Galeri Indonesia Kaya, Jakarta belum lama ini menandai upaya perempuan berparas ayu ini untuk memperkenalkan musik keroncong kepada generasi muda.

Pertunjukan yang mengkolaborasikan musik keroncong dengan lagu-lagu pop tersebut memberikan sentuhan baru kepada jenis musik yang sering kali dianggap lawas, dan ketinggalan zaman.

Pengunjung dari segmentasi anak muda yang hadir memenuhi tempat duduk saat gelaran berlangsung, mencapai 150 orang setiap hari. Acara yang didukung dengan penyanyi muda yang tengah naik daun seperti Kunto Aji merupakan daya pikat tersendiri untuk pengunjung.

“Kolaborasi seperti ini pernah dilakukan pada 2008 di Solo. Dengan menggandeng Iwa K. Namun, hanya diketahui di daerah,” tutur Sundari.

Menurut Sundari, ilmu manajemen Sumber Daya Manusia yang diperolehnya saat di bangku kuliah sangat penting dalam memimpin penyelenggaraan musik lintas genre itu. Ilmu manajemen SDM yang diperoleh selama di UGM dan UNJ ternyata mampu membantunya dalam memimpin penyelenggaran musik lintas genre.

Kreativitas terkait cara memperkenalkan keroncong kepada khalayak menjadi penting. Sundari menggunakan cara jitu yakni menggaet musisi muda lintas aliran musik. Meski sempat muncul kekhawatiran dari beberapa orang yang fanatik, bahwa terobosan baru menyebabkan keroncong tidak lagi berada dalam pakemnya, tetapi menyurutkan langkah Sundari.

“Musik keroncong perlu membuka diri dengan genre musik lainnya. Kolaborasi dilakukan agar musik keroncong lebih mudah dinikmati anak muda. Orang bilang kok berani banget. Sah-sah saja menurut saya, sebab ini usaha memberikan warna segar di musik keroncong,” ujar Sundari.
 

Upaya yang dilakukan menjadi penting karena turut mempersatukan kelompok musik keroncong yang selama ini terkantong-kantong. Pemisahan ini membuat kelompok musik tidak dapat mempertahankan eksistensi secara berkelanjutan. Di sisi lain, lagu-lagu berbahasa asing semakin akrab di telinga anak muda.

Penyelenggaraan musik keroncong lintas aliran musik membuat kelompok keroncong yang beranggotakan anak muda kembali bersemangat. Peluang untuk terus belajar dan lebih kreatif saat tampil di depan khalayak menjadi penyemangat.

Kesuksesan penyelenggaraan Krontjong Djoeara Noesantara dianggap Sundari sebagai obat penghibur setelah tertundanya konser keroncong yang dijadwalkan pada tahun lalu. Satu mimpi terkabul.

Mimpi lain yang ingin diraihnya dalam waktu dekat adalah mempopulerkan aliran musik keroncong kepada anak muda. “Sekarang ini sudah banyak permintaan ke Yayasan Keroncong Indonesia , utamanya dari Kedutaan Besar agar kelompok musik keroncong anak muda dapat tampil di acara kedutaan,” tuturnya.
 

REKAM JEJAK
Selama 40 tahun berkarya di jagat keroncong Tanah Air membuat pemilik nama lengkap Sundari Untinasih Soekotjo berpuas hati. Lahir dan bertumbuh di lingkungan keluarga yang sangat lekat dengan keroncong, membuat putri kedua dari Soekotjo Ronodoharjo dan Herini Soekotjo mengenal aliran musik ini sejak berusia 10 tahun.

Pada saat itu tidak banyak anak yang belajar keroncong sehingga membuatnya terkadang merasa malas belajar. Namun, semua berubah tepatnya pada 1976 ketika menjuarai festival lomba Lagu Pilihanku.

Setahun kemudian, Sundari cilik mengikuti lomba Children Pop Singer dan Lomba Keroncong Remaja pada 1978. Di kedua ajang tersebut, predikat juara masih melekat padanya, juga pada pada 1979 saat mengikuti lomba Duta Radio.

Titik balik karier Sundari dimulai saat berusia 12 tahun ketika sering dipanggil ke Istana Presiden untuk menghibur tamu-tamu negara.

“Sejak saat itu saya menetapkan hati untuk konsisten di jalur musik keroncong. Meskipun penyanyi lain menyanyi lagu Pop, tetapi saya ingin orang mengenal saya dengan kebaya dan sebagai penyanyi keroncong,” ungkap Sundari.

Meskipun lahir di kalangan keluarga pencinta keroncong, tidak kemudian membuatnya merasa lebih mudah bernyanyi keroncong. Latihan, belajar tanpa putus, dan konsistensi mengantar kannya menjadi penyanyi keroncong papan atas.

Cengkok akan muncul saat menjiwai lagu tersebut. Setiap penyanyi akan memiliki cengkok yang menjadi khasnya, yang tidak dapat ditiru penyanyi lain,” kata Sundari.

Penyanyi yang mengidolakan penyanyi keroncong seniornya yakni Waldjinah mengaku konsistensi tidak hanya terbatas saat mempelajari keroncong, tetapi menjadi pegangan hidupnya. Selain itu, selalu siap berbagi adalah hal yang tidak boleh ditinggalkan dalam hidup. [bisniscom/c2/foto:istimewa]