Sepertinya kini semua orang tahu kelompok vokal   yang bernama Cherry Belle. Saya memberikan nama kelompok vokal, karena semua personel menyanyi dan menari di panggung. Tidak ada satupun diantara mereka yang memainkan alat musik. Kelompok vokal yang digawangi remaja putri usia, 15-21 tahun ini menjadi ngetop karena mengadopsi kelompok vokal  negeri ginseng, Korea Selatan. Negara ini juga sukses mem-booming-kan K-POP ke penjuru dunia, tidak kecuali Indonesia. Gayanya yang lincah ditambah dengan kostumnya yang seksi membuat banyak remaja putri Indonesia meniru dan mengidolakannya, sementara remaja putra tidak sedikit pula yang "mendadak" menyukainya.

Usia group vokal  ini tergolong sangat  muda, karena baru berusia 1 tahun (didirikan tanggal 27 Februari 2011). Kemunculan mereka begitu menghentak panggung hiburan Indonenesia, karena usia yang relatif muda, terkenal dan dibanjiri dengan fulus.

Cherry Belle yang dibentuk oleh Dino Raturandang dan Teguh Sanjaya, setelah melalui proses audisi, digawangi oleh 9 personel: Angel, Anisa, Cherly, Christy, Devi, Felly, Gigi, Ryn, dan Wenda. Beberapa bulan setelah terbentuk, mereka langsung membesut album "Love is You,  dengan single "Dilema", kemudian tahun ini (2012), Cherry Belle meluncurkan single "Love is You" yang  juga menjadi sebuah judul film yang dibintangi oleh mereka.

Tenar dengan cepat, manajemen Cherry Belle terus menata diri. Mereka tentu  sangat menyadari, ditengah persaingan group vokal yang sengit sangat sangat mungkinkan jika umur kelompok vokal remaja putri ini bisa seumur jagung saja.  Padahal, secara bersamaan karir mereka sedang gemilang dan ditaburi ketenaran. Ibarat aji mumpung, mereka selalu "melahap" tawaran-tawaran pentas, juga tawaran menjadi bintang iklan, yang nilainya mencapai milyaran rupiah. Sungguh menggiurkan bagi anak remaja seusianya.Mengutip ucapan seorang kawan wartawan "Potensi rupiah didepan mata Cherry Belle, mereka tinggal disabet saja, pasti dapat!"

Tentu saja, pengagas Cherry Belle sangat menyadari mereka masuk kedalam sebuah industri kapitaslis, yang mereka tempuh melalu jalur group vokal (menyanyi) dan musik. Dengan nilai kapitalisasi yang mereka  bangun, sangat memungkinkan pertemanan yang dibangun oleh para personel dari awal bisa menjadi luntur. Ujungnya, sudah bisa ditebak. Manajemen Cherry Belle bulan lalu memecat dua personelnya, Devi dan Wenda, dengan alasan usia mereka sudah tidak muda lagi, alias tua. Dalam bahasa budaya populer, eksistensi kedua personel tersebut bisa melunturkan "brand image" cherry Belle yang sedari awal dibangun dengan kredo "kapitalis.

Adakah kekecewaan? Sudah pasti. Dua personel Devi dan Wenda hanya bisa pasrah dengan kesepakatan Manajemen.  Padahal, jika kita mengacu pada kualitas menari dan bernyanyi, kedua orang ini masih layak. Namun sayang, sepertinya mereka  tidak layak lagi "dijual" dan sudah sangat "basi" untuk masuk dalam industri panggung sekelas Cherry Belle. dan semua ketentuan sudah termaktub dalam AD/ART Cherry Belle.

Kasus yang dialami Cherry Belle ini menjadi satu serpihan mozaik  perjalanan musik dan dunia hiburan Indonesia yang sudah diselimuti oleh misi kapitalisasi. Mumpung masih ada penggemar, mumpung masih laku dijual, mumpung personelnya masih muda, dan sejuta alasan mumpung lainnya.

Jaman memang sudah berubah. Jaman dahulu, ketika band atau kelompok vokal dibangun, diawali dengan modal kesamaan "kesukaan"akan musik, kemampuan (skill) dan nilai-nilai perkawanan sejati. Kekompakkan dibangun dengan asas kebersamaan, sama-sama senang dan sama-sama susah. Maka tidak mengherankan ada banyak band dan kelompok vokal yang masih solid. Kita mengenal Dara Puspita, Kendedes, dan Pattie Bersaudara.

Peristiwa yang dialami Cherry Belle bisa menjadi pelajaran dan pengalaman bagi  siapapun yang ingin membangun kelompok vokal dan Band. Diawal mereka harus memilih dan menentukan, apakah ingin berkarir untuk mendapatkan keutungan finansial diawal, atau ingin bersama-sama mengejar ketenaran, dengan situasi dan kondisi, susah-senang dilakoni bersama-sama. [rendralys/foto:istimewa]