Musik  menjadi bagian dalam kehidupan manusia, karena siapapun tidak bisa melepaskan diri dari "bunyi-bunyian" yang teratur itu.  Baik yang dihasilkan oleh alat-alat musik, ataupun oleh  bunyian yang berasal dari alam, seperti suara gemericik air, suara binatang, gesekan dedaunan, dan suara lainnya.  Sejumlah ahli malah berpendapat, musik bisa menenangkan emosi seseorang, juga sebaliknya bisa menggugah emosi seseorang menjadi lebih “aktif”

Tidak hanya itu, musik ternyata bisa memberikan beragam rangsangan kepada calon bayi yang masih dalam perut ibunya hingga lahir menjadi manusia yang cerdas. Adalah Roger Sperry, ahli syaraf dan penemu teori neuron yang menegaskan bahwa neuron baru akan menjadi sirkuit (rangkaian) jika ada rangsangan bunyian (musik) sehingga neuron yang tadinya terpisah-pisah kemudian menjadi bertautan dan terintegrasi, termasuk neuron dalam otak manusia. Semakin sering rangsangan musik diberikan akan menjadikan jalinan neuron bersinkronisasi. Inilah, yang menurut Roger Sperry, merupakan kemampuan dasar akan makin baiknya kecerdasan, termauk kemampuan logika, matematika, bahasa, dan emosi anak.

Penelitian lain yang dilakukan Martin Gardiner dalam Goleman (1995) menghasilkan sebuah kesimpulan bahwa seni dan musik dapat membuat para siswa menjadi lebih pintar.  Musik dapat membantu otak fokus pada hal yang dipelajari dengan keseimbangan otak kanan dan kiri.  Dampaknya nanti akan  menjadikan manusia memiliki pola pikir logis, intuitif, kreatif, jujur dan peka perasaannya. Ini menjadi bukti bahwa musik memiliki kontribusi konkret bagi kecerdasan emosional dan sosial.
 
Musik, bagi kita tentu saja bukan sesuatu yang baru. Sengaja atau tidak, mau atau tidak setiap hari kita selalu mendengarkan alunan musik dalam beragam bentuk. Musik selain sebagai media hiburan, juga sebagai sarana yang bisa digunakan untuk mengurangi rasa lelah, letih dan stres akibat rutinitas yang kita lakukan. Apalagi, bagi kita yang hidup di perkotaan, yang setiap hari menghadapi kemacetan, tugas kerja berat dan aktivitas lain yang “memeras” otak untuk berfikir. Maka tidak heran, jika seusai bekerja banyak dari kita yang mampir ke kedai kopi, atau berjalan-jalan santai di mall yang disuguhkan alunan musik ringan dan “menyegarkan”.

Dalam buku berjudul “Mukjizat Musik, Terapi Jitu Kecerdasan Anak Melalui Musik”, Teguh Wangsa HW menuturkannya dengan cukup lengkap. Pengalamannya dalam dunia pendidikan menjadikan bahasan tentang manfaat musik bagi manusia (terutama anak) menjadi lebih lengkap. Misalkan, Teguh melengkapi bab-bab terkait dengan perkembangan anak, kecerdasan emosional,  hingga tentang sejarah musik.

Ulasan buku menjadi lebih lengkap ketika penulis memberikan rumusan atau panduan memanfaatkan musik dirumah sebagai medium terapi. Baik bagi ibu-ibu yang sedang hamil, hingga dewasa.  Tidak hanya itu, dalam buku setebal  134 halaman ini juga dilengkapi dengan kisah “sukses” sejumlah ibu dalam memanfaatkan musik sebagai medium terapi anak-anaknya yang dimulai sejak masih janin (dalam kandungan). Bagaimana hasilnya? Sejumlah sumber menuturkan anaknya menjadi lebih cerdas, kritis dan kreatif. Ingin mengetahui lebih lanjut mengenai terapi musik? Silakan baca buku ini. Buku ini juga bisa dibeli di cinmistore.com [lyz/foto:LintangAksara]

 

Judul Buku : Mukjizat Musik, Terapi Jitu Kecerdasan Anak Melalui Musik
Penerbit : Lintang Aksara
Tahun Terbit : 2013
Jumlah Halaman : 134