Mungkin ini salah  satu dari puluhan buku atau mungkin sudah ratusan judul buku yang berkisah tentang salah satu penyanyi legendaris Indonesia, Iwan fals.

Dengan wujud buku yang tergolong kecil dan tipis , 158 halaman, dimensi 11x 17 cm, buku ini berupaya meringkas perjalanan panjang musisi kelahiran Bandung ini. Untuk itu, penulis Abdul Mukhyi menyajikan kisah Iwan fals berdasarkan fase-fase. Misalkan "perjalanan pertama, 1961-1976, yang mengisahkan kelahiran Iwan hingga masa kecil yang penuh dengan perjuangan. Ringkasan kisah "mengamen di  Bandung", pemberian "julukan fals", hingga cerita Iwan fals sekolah ke luar negeri.

Kemudian perjalanan kedua, 1976-1981, mengisahkan ketika tentang ide Iwan membuat lagu, kemudian cara dia mengenalkan hasil karyanya ke masyarakat. Dikisahkan, Iwan tidak malu-malu untuk minta ijin panitia sbeuah acara RT untuk naik ke panggung dan bernyanyi dalam sebuah acara hajatan. Hingga akhirnya, Iwan menjadi langganan tampil di kampus Institut Teknoologi Bandung (ITB).

Perjuangan Iwan Fals memang tidak mengenal takut dan lelah. Lepas dari Bandung, Iwan Fals melanjutkan pengembaraannya ke Jakarta untuk mengamen. Sejumlah tempat disambangi, mulai warung, bis kota hingga pasar kaget. Wilayah yang menjadi napak tilas Iwan Fals  kala itu, mulai dari Tebet, Pancoran, Pasar Minggu, hingga Blok M. Lewat perjalan itu, Inspirasi membuat lagu  berjalan lancar hingga tercipta karya seperti "Sore Tugu Pancoran", "Perjalanan", dan "Ibu".

Perjalanan fase ketiga dikategorikan penulis terjadi sekitar tahun 1981 – 1988. Sebuah periode yang mengubah banyak dari nasib karir yang terjadi dalam diri Iwan Fals, mulai dari dikontrak Musica Record hingga kelahiran anak pertama dan kedua, Galang Bambu Anarki dan Cikal Basae. Ada satu informasi yang disajikan penulis, dan mungkin hanya sedikit orang yang tahu, yakni pada tahun 1985, Iwan Fals pernah menjadi  juara pertama karate FORKI tingkat DKI, kemudian tahun 1986 memperoleh juara kedua karate tingkat nasional. Periode ini pula muncul lagu-lagu Hits Iwan Fals seperti "Surat Buat Wakil Rakyat", "Mata Indah Bola Pingpong", "Tikus-tikus Kantor" dan "Kontrasmu Bisu".

Kiprah Iwan Fals dipentas musik Indonesia makin meroket pada fase keempat (1988-1992). Beragam peristiwa yang menjadi kenangan manis Iwan Fals terjadi dalam periode ini, kala Iwan Fals makin banyak memiliki teman dari kalangan musisi, seperti band God Bless, Gito Rollies, Nicky Astria, Setiawan Djodi, Sawung Jabo, Rendra, Ian Antono dan masih banyak lagi. Sejumlah gelaran konser  besar juga terjadi dalam periode ini seperti "Pagelaran Rock Kemanusiaan", "Promo Tour 100 Kota", Konser Kantata Takwa, Konser Sirkus Barock, dan masih banyak lagi. Rangkaian konser seperti disebut diatas, ada yang berjalan lancar dan ada pula yang mengalami pencekalan dari militer RI.

Buku terbitan "Nuansa" ini sebetul merupakan "catatan kecil" dari perjalanan besar sang legenda. Ibarat seorang penggemar yang menulis dibuku "Curhat", penulis Abdul Mukhyi menuliskannya dengan cukup ringkas. Periode yang buat cukup banyak (8 periode) sebetulnya bisa diringkas menjadi beberapa saja.  Sebagai sebuah ringkasan, buku ini memang belum cukup mewakili sebagai sebuah "biografi" Iwan Fals. Masih banyak cerita yang belum di masukkan kedalam buku ini, misalkan perseteruan Iwan Fals dengan Label yang menaungi,  hingga kisah Iwan Fals yang "kepincut" sponsor besar untuk membiayainya berkesenian, dan para penggemarnya yang protes.  [lyz/foto: Nuansa]

 

Judul Buku : IWAN FALS | Tak Tahu Kapan Kisah Ini akan Berakhir
Penulis : Abdul Mukhyi
Penerbit : Nuansa
Jumlah Halaman :160