Bagi penggemar musik rock, siapa yang tidak kenal kelompok legenda asal Inggris yang bernama Queen. Anak muda diera 80-an dan 90-an dipastikan mengetahui kiprah band yang digawangi oleh Freddie Mercury (lead vocals, piano), Brian May (lead guitar, vocals), Roger Taylor (drums, vocals),dan John Deacon (bass guitar).
Kisah band fenomenal itu konon diselingi dengan sejumlah teka-teki, mulai dari model kreativitas dan kekompakan menciptakan lagu dan menjadi hits, perseteruan antara personel, hingga kisah pribadinya sang vokalis.
Perjalanan Queen kini sudah 'terekam melalui film berdurasi lebih dari 2 jam yang berjudul Bohemian Rhapsody . Skenario film yang ditulis Anthony McCarten dan disutradari Bryan Singer bisa dibilang cukup berhasil mendeskipsikan biogafi perjalanan Queen.
Anthony McCarten dikenal karena penah menulis biogafi penemu lampu, Thomas A. Edison. Dalam Academy Award 2015 lalu , filmnya menerima nominasi Academy Award, yakni sebagai produser dan penulis skenario dalam kategori Best Picture dan Best Adapted Screenplay. Dia juga memenangkan dua penghargaan BAFTA untuk perannya sebagai produser Best British Film dan penulis skenario Best Adapted Screenplay.
Pada 2017, McCarten menulis dan memproduksi film tentang Winston Churchill, Darkest Hour. Ini dibintangi Gary Oldman sebagai Churchill, yang telah menerima pujian kritis untuk penampilannya. Film ini menerima 6 nominasi Academy Award, dengan McCarten mendapatkan satu sebagai produser dalam kategori Best Picture. Dia dinominasikan juga untuk dua penghargaan BAFTA untuk perannya sebagai produser Film Inggris Terbaik dan Film Terbaik.
Pemilihan lakon utama Freddy Mercury (diperankan Rami Malek) cukup berhasil membangun imajinasi penonton. Karakter yang pas, tampilan yang sesuai dengan aslinya, juga berlaku bagi personel lainnya, Roger Taylor (diperankan Ben Hardy), Brian May (diperankan Gwilym Lee), dan John Deacon (diperankan Joseph Mazzello).
Kisah perjalanan Queen memang menjadi bagian generasi pasca "Flower generation" yang kala itu menjangkiti gaya hidup anak muda di Inggris. Sejarah mencatat, tingkah pola mereka sebagai generasi pasca perang, yang mengusung lirik damai, jauh dari kekerasan, namun juga ambisius bahkan tidak sedikit diantara mereka yang frustasi dengan keadaan menyebabkan mereka melampiaskan pada alkhohol dan obat-obatan.
Menariknya, kisah pemuda Freddy Mercury berada digaris yang berlawanan. Ketidaksetujuan ayah Freddy (diperankan oleh Ace Bhatti) menggerakan freedy untuk melakukan pembuktian. Freddy mengarungi jalur "kegilaan" menuju sukses, dengan mencipta lagu dan berkesenian bersama teman-temannya di band "smile" sebelum akhinya menjadi Queen. Hasilnya terbukti, hanya dalam waktu beberapa tahun lahir hits-hits Queen yang fenomenal, seperti Bohemian Rhapsody, "We Will Rock You" hingga "We Are the Champions" . Penonton dibuat terperangah, sekaligus kagum dengan pencapaian Queen saat itu.
Film yang menghabiskan dana 55 Juta Dollar, disajikan dengan bumbu-bumbu percintaan Freedy Mercury dengan gadis penjaga toko, Mary Austin (diperankan oleh Lucy Boynton) dan menjadi set menarik dalam film ini. Hingga akhirnya penonton digiring menuju perjalanan sang bintang yang nyeleneh, menyukai sesama jenis hingga akhirnya terjangkit HIV . Sisi kelembutan Freedy dan gaya kewanitaan ini tidak ketinggalan disuguhkaan melalui lagu crazy little thing called love.
Awal dari keterpurukan Queen dalam film ini digambarkan akibat ulah Freddy dengan kesombongannya, dan akhirnya disudahi dengan kembalinya mereka kepanggung dunia lewat konser amal "LIVE AID" yang sebagian keuntungan diberikan kepada korban kelaparan di Afrika.
Bagaimana setting sutradara dipenghujung film ini, berupa plott konser sekaligus dengan lagu-lagu Queen yang pernah dibawakan tahun 1985 ?? Kalian harus menonton filmnya.
oleh Lysthano, penikmat musik dan film