Sebelumnya John Myung dan John Petrucci pernah datang ke Indonesia dalam rangka sebuah acara klinik musik. Sedangkan Mike Mangini datang dengan “membonceng” beberapa band/musisi berbeda. Akhirnya mereka bersama Jordan Rudess dan James LaBrie datang dalam formasi lengkap atas nama Dream Theater ke Jakarta pada Sabtu, 21 April 2012, di Mata Elang International Stadium Ancol Jakarta.

Band asal Amerika yang didatangkan oleh Variant Entertainment ini berhasil memancing ribuan pemuja Dream Theater dan progressive rock membentuk antrian panjang sejak siang. Konser bertegangan tinggi langsung terasa ketika Dream Theater menyapa penonton dengan “Bridges In The Sky” setelah sebelumnya “Dream Is Collapsing” menjadi pengantar mereka menuju panggung.  Ribuan penonton sontak berteriak dan melompat-lompat. Sebuah euphoria setelah penantian selama bertahun-tahun. Sejenak tensi konser diajak untuk menurun ketika Petrucci mengiringi LaBrie dengan gitar akustik menyanyikan lagu “Silent Man”.

Reaksi penonton seakan lupa untuk lagi kembali melompat-lompat. Lebih memilih untuk terpukau melihat aksi para virtuoso di hadapan mereka. Seolah tidak sedikit pun ingin kehilangan momen penting melihat aksi handal dan indah yang ditunjukkan oleh masing-masing personel Dream Theater. Sebuah pertunjukan yang memamerkan tehnik tingkat tinggi dalam menaklukkan komposisi musik rumit. Ada yang merekam dengan perangkat yang dibawa atau pun hanya sekedar melihat dan merekamnya dalam ingatan.

Siapa pun pasti tak ingin melewatkan keganasan Petrucci sebagai salah satu "Top 10 Greatest Guitar Shredders of All Time" versi majalah GuitarOne ini mencabik-cabik gitarnya hingga meraung. Begitu juga dengan rekan satu kampus di Berklee College of Music, John Myung, memperlakukan bass-nya dengan sepenuh hati. Pentolan Dream Theater paling misterius yang terpilih sebagai " the greatest bassist of all time" dalam polling diadakan oleh MusicRadar tahun 2010 sibuk menjelajahi bass dengan intens. Sementara Jordan Rudess berada di singgasana berupa panggung mini yang dapat berputar, jari-jarinya khusyuk menari di atas keyboard yang didukung oleh teknologi canggih. 

Mike Mangini adalah salah satu personel Dream Theater yang paling menjadi sorotan malam itu. Penonton yang datang, baik sebagai die hard fans Dream Theater maupun hanya tahu beberapa lagu, sepertinya mempunyai penilaian masing-masing terhadap Mangini. Wajar, karena Mangini mengisi posisi yang ditinggalkan oleh founding father Dream Theater, Mike Portnoy. Tapi Mangini bukanlah anak kemarin sore yang masih piyik dalam hal menggebuk drum. Lihatlah ketika sebuah kesempatan untuk tampil solo diberikan. Dalam seting drum megah yang mengelilingi dan mengurung Mangini, salah satu drummer tercepat di dunia ini menunjukkan kelasnya bahwa sudah saatnya melupakan Portnoy. Mangini sukses membagi "kasih sayang" menghajar tom tom, simbal, bass drum, snare, maupun floor yang ada di sekelilingnya. Sebuah permainan yang mengandalkan kecepatan dan ketepatan disertai keganasan tenaga yang powerful tanpa ampun.

Sementara LaBrie memanfaatkan sebaiknya tugas sebagai garda depan Dream Theater. Kualitas vokal mumpuni dalam meraih nada tinggi dan rendah didaki dengan baik. Dia pun tahu kapan harus menyapa dan memberikan kesempatan penonton untuk diajak menyanyi bersama. "The Spirit Carries On" adalah sebuah lagu dimana ribuan penonton melakukan koor massal tanpa perlu menunggu komandonya. Kerap kali LaBrie menghilang ke balik panggung untuk memberikan kesempatan Petrucci, Myung, Rudess dan Mangini melakukan dialog dengan nada-nada melalui instrumen yang mereka mainkan.

"Pull Me Under" menjadi akhir konser yang bertaburan tata cahaya spektakuler dari Mata Elang. Acungan devil horn serta koor massal semakin menjadi. Sebuah pencapaian menuju orgasme bagi sebuah penantian lama yang telah terlampiaskan. Meski ketidakpuasan sempat menyeruak menghiasi lini masa twitter mengenai kualitas sound, terutama pada bass Myung yang kurang maksimal, serta akustik ruangan yang sepertinya kurang memadai. Namun melihat permainan indah yang ditampilkan Dream Theater di konser bertajuk "A Dramatic Tour Events 2012" ini adalah sebuah kenikmatan tersendiri yang menghasilkan theater of mind berbeda bagi yang melihat.

[yose/IT/foto:Yose]