Titiek Puspa merasa prihatin dengan nasib anak-anak Indonesia. Mereka mengkonsumsi segala sesuatu yang belum layak dinikmati sesuai dengan usianya. "Mereka "diperkosa"," ungkap Titiek dengan prihatin. Menurutnya, anak-anak sekarang lebih banyak menyanyikan lagu-lagu orang dewasa, yang belum tentu mereka mengerti maknanya. Untuk itulah, sebagai seorang seniman, melalui karya-karyanya dia pun berusaha untuk membuat pertunjukan yang mendidik.
Sebuah pagelaran drama musikal bertajuk "Semut Merah – Semut Hitam" pun digelar di Teater Jakarta mulai 15 – 17 Juni 2012. Dengan mengambil filosofi semut, Titiek Puspa pun membuat sebuah konsep drama musikal yang mencakup seni tari, suara dan akting. Pesan akan pentingnya persahabatan, gotong royong, serta cinta terhadap sesama dan kepada negara tersebar di dalamnya.
Sangat menarik melihat seluruh pemeran berbalut kostum terinspirasi dari semut, ulat, kupu-kupu mau pun kunang-kunang. Budaya Indonesia yang kaya pun ikut melebur dalam kain-kain yang dikenakan dengan menonjolkan motif dari berbagai daerah di Indonesia. Ivan Gunawan, Hengki Kawilarang, serta Musa Widyatmojo yang merancang semua baju-baju indah tersebut.
Titiek Puspa dengan bantuan Dian HP sebagai penata musik, mengaransemen ulang lagu-lagu lawas maupun lamanya. Semua dikemas baik dalam bentuk liberto atau dialogue in tune dan lagu utuh yang bisa dinikmati oleh semua umur. Titiek Puspa selain sebagai pengarah seni dan sutradara, juga terlibat sebagai salah satu pemeran. Pemeran-pemeran lainnya adalah Camelia Malik, Tike Priatnakusuma, Candil, Sita Nursanti, Dea Mirela, B3 (Nola, Widi, dan Chintya Lamusu), Ivan Gunawan dan masih banyak lagi. Ari Tulang yang didaulat sebagai asisten pengarah seni, asisten sutradara dan koreografer juga mendapat peran.
Menariknya, Titiek Puspa yang tahun ini genap berusia 75 tahun, menciptakan bahasa khusus untuk drama musikal ini. Bahkan penyelenggara menyediakan kamus bahasa semut yang dibagikan agar penonton mengerti maknanya. Contohnya atta la liyu yang artinya aku cinta kamu, ciu ciu artinya sampai jumpa, maupun salam/sayang/rindu yang dalam bahasa semut adalah mut mut mut. Sungguh sebuah kreativitas yang sangat menarik dari seniman yang telah berkecimpung selama 57 tahun di dunia seni Indonesia.
Ini adalah sebuah "balas dendam" yang manis oleh Titiek Puspa beserta tim kreatifnya untuk mempersembahkan pertunjukan yang bermuatan positif dan mendidik bagi anak-anak Indonesia. Cimacici alias terima kasih, Titiek Puspa.
[Yose/IT/foto:Yose]