"(Tahun) 2012 sudah ricuh sejak sebelumnya, katanya akan kiamat, jadi ini kemungkinan terakhir untuk meluncurkan album religi," canda Candra Malik. Hal tersebut dilontarkan kepada wartawan ketika ditanya kenapa baru sekarang mengeluarkan album. Bagi Candra album Samudera Cinta adalah sebuah proses persalinan yang "dibuahi" sejak September 2011.

Candra menyebut album tersebut adalah album religi yang bersifat prulal. Baginya musik adalah bahasa universal bagi semua umat mnausia. Tak heran bila kemudian Candra bersilaturahmi ke berbagai serta pelaku seni dengan anutan seni beragam. Ada pun, seperti yang disebut Prie GS sebagai, korban kolektif sufi tersebut adalah Mustafa Bisri (Gus Mus), Emha Ainun Nadjib (Cak Nun), Idris Sardi, Addie MS, Dewa Budjana, Tohpati, Trie Utami, Sudjiwo Tedjo, Hendri Lamiri, Dik Doank dan Komunitas Kandank Jurank Doank, John Paul Ivan, Marzuki Mohammad alias Kill The DJ (Jogja Hip Hop Foundation) serta Heru Wahyono (Shaggy Dog).

Inspirasi lagu-lagunya adalah isyarat dari Tuhan, Alquran, pengalaman pribadi dan renungan terhadap kehidupan. "Itu saya peroleh setelah menjalani sufi selama 20 tahun atau lebih dari separuh hidup saya," terang Candra. Meski mengusung tema religi, tidak banyak ayat-ayat dan shalawat dalam wujud aslinya, melainkan dibalut dengan kesahayaan ucapan cinta dan kesederhanaan kalimat rindu yang dialihbahasakan menjadi lirik dalam bahasa ibu.

Baik Addie MS, Anji serta Heru, semua memberikan sebuah jawaban yang sama ketika ditanya kenapa terlibat dalam album Samudera Cinta. Pesan tentang cinta kasih kepada semua manusia serta pandangan terbuka terhadap perbedaan dari Candra. Tak heran dalam mewujudkan album ini, Candra meminta bantuan tanpa memandang kepercayaan apa yang dianut. Tak heran bila paduan suara gereja kemudian bisa turut serta berkolaborasi.

Untuk memperkenalkan "bayi" tersebut, Candra Malik mengadakan sebuah perayaan kecil. Dilangsungkan di Gedung Pusat Perfilman Haji Usmar Ismail Jakarta pada hari Selasa, 17 Juli 2012, malam. Sayangnya tidak semua yang terlibat dalam album tersebut dapat hadir, namun tidak mengurangi syahdu perhelatan sederhana tersebut.

Penonton yang hadir terhanyut oleh lirik-lirik bernas dalam setiap lagu. Candra tak lupa menyisipkan pesan-pesan positif tentang ketuhanan maupun hubungan sesama manusia. Dengan dibantu oleh Tohpati & Strings, penonton pun seolah tanpa sadar diajak pula berkontemplasi. Engkau takkan senyap, Teman tak lenyap dalam gelap, Berkawan sepi, kulawan sunyi…begitu cuplikan lirik "Jiwa Yang Tenang" dinyanyikan Candra dengan hiasan petikan gitar khas Dewa Budjana. Atas permintaan Candra, Addie MS "dipaksa" untuk mengiringi sambil memainkan piano di lagu "Shiratal Mustaqim".

Anji yang terpesona pada pada lagu berjudul "Fatwa Rindu" mendapat kehormatan untuk menyanyikan lagu tersebut. Suasana semakin syahdu ketika suara biola yang dihasilkan oleh permainan Idris Sardi membalut "Kidung Sufi". Sontak berubah ketika Kill The DJ muncul dari balik panggung kemudian merapal cepat lirik jawa yang dicuplik dari ajaran Kiai Petruk dalam suluk ciptaan Ki Ageng Suryo Mentaram. Heru pun kemudian menyusul hadir. Nuansa reggae menyeruak kala "Samudera Debu" disenandungkan. Semakin lengkap dengan kehadiran Sudjiwo Tedjo membawa dua gunungan. Tarian jari John Paul Ivan di atas senar gitar menghadirkan nuansa rock di "Syahadat Cinta". Anji kembali hadir menyanyikan lagu tersebut bersama Candra Malik.

"Not-not balok akan baik-baik saja tanpa sesosok Candra Malik. Saya bukan seorang musisi atau penyanyi. Tapi tiap niat pasti ada jodohnya," ucap Candra dengan tulus. Untuk itu dia mengucapkan terima kasih kepada semua maestro yang terlibat dalam proses persalinan album Samudera Cinta.

[Yose/IT/foto:Yose]