“Prihatin itu tidak sama dengan galau,” ujar Glenn dari atas panggung setelah menirukan gerak tubuh dan cara berbicara seorang tokoh besar. Semua penonton sepertinya tahu siapa yang dimaksud. Menurutnya, prihatin itu tidak ada tindakan nyata, sedangkan galau sebaliknya. Konser tunggal bertajuk Cinta Beta yang digelar di Istora Senayan Jakarta pada Minggu, 2 September 2012, adalah bukti nyata dari kegalauan tersebut.

Sempat terbersit akan diundur penyelenggaraannya karena tidak mendapatkan dukungan sponsor.  “Situasi yang tidak adil harus dilawan,” ungkap show director konser, Agus Noor, menanggapi keengganan sponsor tersebut. Dengan penuh keyakinan konser  tetap dijalankan dengan atau tanpa sponsor. Mitos konser tanpa sponsor tidak dapat berjalan pun terpatahkan malam itu.

Kegalauan akan kisah cinta pun disebarkan di konser yang sekaligus sebagai penanda 17 tahun Glenn berkarya. Meski sepanjang 2012 ini “Someone Like You” milik Adelle menjadi soundtrack patah hati sejuta umat, namun Glenn telah melakukannya lebih dahulu sejak 1998. Tak pelak sekitar 7000-an penonton malam itu resmi tergalaukan perasaannya.

“Saya ingin kita membuat sejarah teriakan terpanjang di Istora, keluarkan semua perasaan kalian, berteriaklah,” ajak pemilik nama lengkap Glenn Fredly Deviano Latuihamallo ini. Dan kemudian ribuan mulut terbuka dan mengeluarkan teriakan serentak. Berikutnya, tanpa perlu dikomando, teriakan tetap setia hadir. Seolah lagu “Mimpi Biru”, Sedih Tak Berujung”, “Pada Satu Cinta”, “Tega” mau pun “Kasih Putih” mewakili tiap hati yang pernah atau tengah terluka karena cinta.

Tiupan saxophone Nicky Manuputy kemudian mengiring masuk pada lagu “Januari”. Tak pelak lagu yang sempat menjadi lagu paling sering dinyanyikan oleh peserta audisi Indonesian Idol edisi perdana ini disambut oleh koor massal. Glenn memang mempunyai kemampuan baik dalam menggubah sebuah lagu tentang kegagalan cinta tanpa harus terjerumus, seperti yang diistilahkan oleh mantan Menteri Penerangan era Orde Baru, Harmoko, menjadi lagu cengeng.

Tak ingin sendiri di panggung menebarkan kegalauan, Glenn menyertakan pula sejawat-sejawatnya bermusik. Harmonisasi vokal indah menyeruak kala Glenn berbagi nada dengan Matthew Sayersz, Bayu Risa dan Pasto. “That's how to sing”, teriaknya, “kalau mau jadi penyanyi jangan pernah belajar lip sync.” Begitu pula ketika berkolaborasi dengan Endah n Rhesa serta Sandhy Sondoro yang memunculkan karakter vokal masing-masing. “Dukung musik bagus Indonesia,” pesan pria kelahiran 30 September 1975 ini, karena menurutnya musik bagus belum tentu ada di televisi. Suasana hangat penuh canda tawa menyeruak ketika Tompi yang mengenakan pakaian adat Aceh hadir di panggung.

Glenn merasa pada dasarnya dia melanjutkan apa yang telah dilakukan oleh para pendahulu dalam bermusik yang disebutnya pejuang. Tak heran ketika menyanyikan sebuah lagu yang didengarnya ketika masih sekolah dasar, Glenn mengajak serta pencipta lagu tersebut. Lagu berjudul Warna diciptakan oleh Indra Lesmana yang nyaris gagal masuk dalam album milik Sheila Madjid. Kemudian seorang musisi senior yang dianggap sebagai inspirasi bagi Glenn untuk menjadi “pemberontak”, Fariz RM, hadir. Mereka berdua menyanyikan “Terindah” karya Glenn yang termaktub dalam album Fenomena milik Fariz.

Ketidakadilan yang dialami oleh rakyat Indonesia, khususnya Indonesia Bagian Timur, adalah sebentuk kegalauan lain. Pemikiran kritis Glenn mulai menyeruak dalam album Happy Sunday dengan lagu “Sayangi Bumi Hari Ini”. Semakin deras kekritisannya dalam Lovevolution yang mengetengahkan sebuah lagu “Timur” menyinggung keindahan Indonesia Timur.  Kami tidur di atas emas, berenang di atas minyak, tapi bukan kami punya, kami hanya menjual buah-buah pinang, semua anugerah itu, kami tak mau bersalah anak-anak cucu , harusnya ada perubahan… Nyaris lagu “Suara Kemiskinan” milik almarhum Franky Sahilatua tersebut tak dapat dipungkaskan Glenn. Suaranya tersekat karena nanar mengingat ketidakadilan yang dialami saudara-saudara di Indonesia Timur.  

Mengajak putra putri Maluku kembali membangun daerahnya dalam lagu “Timur” disenandungkan. Hal ini setidaknya mengingatkan pula pada tindakan yang dilakukan oleh Bob Marley. Melalui lagu-lagunya, Marley mengingatkan dan mengajak rakyat Afrika yang tersebar di seluruh dunia kembali untuk membangun negara bersama-sama.

Glenn mengajak pula rekan-rekan dari komunitas Hip Hop Maluku serta Ivan Saba untuk merapalkan lirik dengan cepat. Paduan suara memberikan nilai tambah kesyahduan lagu yang bertemakan kecintaan terhadap daerah di Indonesia Timur. Menariknya, paduan suara tersebut adalah anak-anak yatim piatu korban konflik saudara di Maluku. “"Di Maluku, Islam dan Kristen adalah adik kakak,” papar Glenn mengenai budaya Pela Gandong di Maluku yang mengajarkan untuk saling menyayangi.

Kemarahan jelas dirasakan Glenn mengingat ketidakadilan yang terjadi. Namun sekedar marah saja tidak cukup. Panggung adalah tempat untuk menumpahkan semua keluh kesahnya. “(Konser ini merupakan)  simbol pertemanan dan perjuangan,” tutur Glenn merendah, “(semoga ini) bisa jadi sejarah bersama.”

Menjelang akhir pentas, sebuah kejutan dihadirkan. Di layar ditayangkan sebuah adegan anak-anak kecil tengah berlari dan riang bernyanyi. Diselingi oleh foto-foto masa kecil Glenn. Anak-anak kecil yang menyanyikan “Karena Cinta” tak lain adalah keponakannya. Kejutan berikut adalah munculnya kedua orang tua Glenn dari balik panggung kemudian saling berpelukan hangat. Ada haru menyeruak sejenak.

Encore diawali dengan Glenn menyenandungkan “Cukup Sudah” sambil memboyong anjing kesayangannya, Melody. Ditambah pula dengan “Nyali Terakhir” dan “Akhir Cerita Cinta” sebagai penanda purnanya sebuah konser intim yang berlangsung lebih dari 3 jam tersebut. Ribuan penonton kemudian membubarkan diri keluar dari Istora Senayan untuk mendapatkan sebuah kejutan.

Panggung kecil di halaman Istora yang sedari sore tertutup layar terbuka. Tampaklah Glenn beserta musisi-musisi pendukung di atas panggung.  “Untuk sekedar melepas teman-teman pulang,” sapa Glenn. Semangatnya seolah tak kenal lelah bagaikan menunjukkan pula semangatnya untuk terus berkarya meski industri musik tengah kehilangan “gairah”. “Jangan lelah untuk musik Indonesia,” pesannya.

[Yose/IT/foto:Yose]