Beranda Artikel Panggung Lewat Nada Menggapai Harmoni

Lewat Nada Menggapai Harmoni

599

“Badai Pasti Berlalu” dikumandangkan di JI-Expo Kemayoran Hall D2 Jakarta pada Selasa, 11 September 2012, malam. Menjadi istimewa, karena tiga penggawa yang terlibat dalam proses kreatif lagu untuk film berjudul sama hadir di atas panggung.  Entah sudah berapa waktu terlewati ketika terakhir kalinya Yockie Suprayogo, Berlian Hutauruk dan Fariz RM tampil dalam satu panggung. Kali ini Fariz beraksi di balik drum. Sontak kolaborasi ini membuat ratusan penonton bertempik sorak.

Kolaborasi lainnya adalah Yockie dengan dua gitaris bersaudara, Kiboud dan Ireng Maulana. Bertiga menyenandungkan “Untukmu Anak Manis” melalui perangkat musik yang mereka mainkan. Tak perlu ada kehadiran seorang penyanyi. Ketrengginasan mereka sangat memukau dan memberi nyawa pada lagu tersebut.

“Untukmu Anak Manis” adalah satu dari 12 (dua belas) lagu karya Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang dilantunkan di pagelaran Tembang Harmoni. Penyanyi lintas generasi silih berganti membawakan lagu-lagu tersebut. Sandhy Sondoro, Dira Sugandi, Joy Tobing, Eka Deli, Brothers & Co, Dharma Oratmangun, Ebiet G. Ade, Andy /rif, Iwa K, Rafika Duri, Harvey Malaihollo, Cici Paramida, Vidi Aldiano, Rio Febrian, Linda Sitinjak, serta Afghan dan Yuyun Arfah.

Mereka diiringi oleh Twilite Orchestra dengan Addie MS sebagai conductor. Sempat pula Oni Krisnerwinto dan Dwiki Dharmawan bertukar posisi dengan Addie.  Selain Yockie, permainan piano dan atau keyboard pun dihadirkan oleh Andi Rianto, Purwa Caraka, Gita I. Wirjawan, serta Fariz dan tentunya Dwiki.

Permainan apik biola Idris Sardi mengalun dengan indahnya. Barry Likumahuwa tampil “garang” seperti biasa membetot bassnya. Pun raungan gitar Iwan Hassan. Sementara Bartje Van Houten dengan kalem memetik gitarnya. Begitu juga halnya dengan Tohpati.

Irama dangdut sempat pula menyelinap. Dilengkapi pula dengan warna musik etnik batak serta bersentuhan dengan permainan musik mulut atau beat box yang disuguhkan Asmarangga. Semua dilangsungkan di atas panggung yang bertaburan nuansa etnik dari kekayaan dan keragaman budaya di Indonesia.  Ditambah oleh kehadiran multimedia yang memanjakan mata.

Tentu tak hanya lagu karya SBY yang dilantunkan. Ada “Tanah Air” (Ibu Soed), “Indonesia Jaya” (Chaken M), “Merah Putih” (Gombloh), “Nusantara 1” (Tonny Koeswoyo), serta “Bendera” (Eros “Sheila On 7” Chandra). Harmonisasi vokal yang dikumandangkan Twilite Chorus di beberapa lagu, membuat kesan megah.

Renny Djajoesman bertindak selaku producer merangkap creative director dan show director. Dengan mengusung bendera Renny Djajoesman Enterprise, mengusung tekad untuk melawan “badai”. Maraknya konser artis asing yang menenggelamkan seniman di Indonesia adalah “badai” pertama. Untuk itu konser ini adalah upaya bersama menghidupkan kembali seni pertunjukan musik karya anak bangsa.  

“Badai” kedua adalah maraknya konflik yang mengancam persatuan dan kesatuan di Indonesia. Melalui musik menyebarluaskan pesan-pesan cinta sesama, damai dalam perbedaan, dan saling bahu membahu menjaga kelestarian alam. Pesan utama konser ini adalah himbauan bagi seluruh elemen bangsa dari semua golongan, suku dan agama, untuk bersama menjaga dan memajukan bangsa.

[Yose/IT/foto:Yose]