Rock In Solo : Heritage Metal Fest 2011 sukses digelar pada hari Sabtu (17/9/11) lalu. Ribuan Metalheads dari berbagai kota di Indonesia berkumpul di Alun – Alun Utara Solo yang menjadi tempat hajatan musik metal yang merupakan salah satu festival metal terbesar di Indonesia ini.

Siang yang cukup panas tidak menghalangi niat Wahyu (20) untuk datang ke Alun – Alun Utara Solo demi menyaksikan Rock In Solo 2011. Bersama kedua temannya, cowok berkacamata ini datang dari Yogyakarta. “ Kita beli tiket yang pre-sale, biar lebih murah.” kata mereka yang ketika itu tengah beristirahat ngadem di bawah pohon di dekat pintu masuk penonton.

Wahyu dan teman – temannya hanya tiga di antara ribuan metalheads yang siang itu nampak larut dalam gempuran musik metal dalam festival satu hari ini. Sebanyak total 39 band lokal, nasional dan internasional tampil di Rock In Solo 2011 yang dibagi dalam empat panggung. Panggung A dipergunakan untuk para penampil utama dan hanya difungsikan pada malam hari. Panggung B menampilkan dua band tamu serta beberapa band lokal dan nasional. Panggung C diisi oleh satu band tamu dan band – band lokal nasional. Sementara panggung D hanya diperuntukkan bagi band – band lokal Solo.

Alun – alun Utara yang disulap menjadi venue Rock In Solo 2011 berubah wajah dengan berdirinya empat buah panggung di keempat sudutnya. Sementara di tengah venue , sejak dari pintu masuk utara (pintu masuk panitia dan band penampil) hingga ke area pohon beringin di tengah, didirikan tenda – tenda yang menjual makanan – minuman dan clothing/merchandise musik rock seperti t-shirt, topi, dll. Kemudian semakin ke selatan sebelum mencapai pintu masuk selatan (pintu masuk penonton), didirikan empat buah booth yang mendisplay penyelenggaraan event Rock In Solo pada tahun – tahun sebelumnya dalam bentuk gambar – gambar logo resmi empat Rock In Solo sebelumnya. Booth – booth ini bisa dipakai sebagai background foto oleh para pengunjung.

Agak sedikit molor dari jadwal, Rock In Solo 2011 dimulai pada pukul 10:30 WIB. Tiga panggung, yaitu panggung B, C dan D langsung difungsikan secara bersamaan. Berturut – turut tampil band – band lokal dan nasional di ketiga panggung tersebut yang masing – masing dipandu oleh satu MC yaitu Anas di panggung B, Adia di Panggung C dan Aria di panggung D. Band – band lokal Solo di panggung D mendapat jatah tampil sekitar 15 menit. Sementara di panggung B dan C yang lebih besar, jatah tampilnya sekitar 20 – 45 menit untuk setiap band, tergantung dari levelnya (lokal, nasional, internasional).

 

Rajasinga menghajar panggung B

Sekitar pukul 13:00 Extreme Decay muncul di panggung C. Gerombolan grindcore asal Kota Malang ini sontak menjadi magnet bagi para metalheads yang sebelumnya masih tersebar di berbagai titik di Alun – Alun Utara. Begitu MC meneriakkan nama Extreme Decay, para metalheads yang sebelumnya sedang duduk – duduk istirahat berteduh di bawah pohon langsung berlari ke arah panggung C yang terletak di sisi barat daya Alun – Alun Utara. Panggung C langsung diwarnai oleh aksi – aksi moshing sepanjang penampilan Extreme Decay.

Panggung C nampaknya lebih menjadi pilihan sebagian besar metalheads yang hadir siang itu. Karena setelah Extreme Decay, muncul Bandoso, salah satu band black metal veteran dalam scene metal Kota Solo. Suasana di panggung C menjadi semakin panas dan “chaos” ketika  Something Wrong pengusung hardcore asal Yogyakarta naik panggung membawakan lagu – lagu mereka dan disusul oleh Gigantor dari Jakarta yang mengusung thrash metal.

Atmosfir panas di panggung lain, yaitu di panggung B baru mulai kembali muncul ketika trio grindcore asal Bandung, Rajasinga memulai penampilannya. Tampil sejak pukul 14:00, Rajasinga berhasil memanaskan hawa di depan panggung B yang sekaligus memecah konsentrasi kerumunan penonton di panggung C yang saat itu sedang menyaksikan aksi Something Wrong. Alhasil sebagian penonton di panggung C kemudian beralih ke panggung B menjelang Something Wrong mengakhiri penampilannya. Selanjutnya, selama sekitar setengah jam para metalhead yang berkerumun di depan panggung B dihajar dengan lagu – lagu grindcore oleh ketiga personil Rajasinga. Ardan (23), seorang penonton asal Boyolali mengaku puas melihat penampilan Rajasinga. “ Aku jadi pengen beli t-shirt Rajasinga. “ kata pemuda gondrong ini. Rajasinga menyudahi penampilannnya pada pukul 14:30. Para penonton kemudian kembali ke panggung C untuk menyaksikan penampilan Gigantor yang dimulai tak lama setelah Rajasinga turun panggung.

Ishtar yang menyejukkan

Sebuah bus berwarna krem dan bertuliskan nama hotel yang menjadi official partner Rock In Solo 2011 memasuki area alun – alun melalui pintu utara tepat setelah Gigantor memainkan lagu pertamanya. Di dalam bus nampak beberapa orang yang berpakaian hitam – hitam. Salah satunya adalah seorang cewek yang sibuk memfoto suasana venue acara dari dalam bus yang sedang berjalan menuju backstage panggung B. Beberapa penonton nampak memandangi bus tersebut, mungkin menebak – nebak siapa gerangan yang berada di dalamnya.

Break ashar dimulai sekitar pukul 15:05, sesaat setelah Gigantor selesai bermain di panggung C. Hampir bersamaan dengan itu, panggung D menyudahi fungsinya lewat penampil terakhirnya yaitu Lamphor, sebuah band black metal asal Klaten. Panggung D menjadi panggung pertama Rock In Solo 2011 yang ditutup karena memang band – band yang dijadwalkan tampil di panggung D sudah menyelesaikan tugasnya semua.

Beberapa menit setelah azan ashar usai, MC di panggung B mulai ngoceh kembali memanggil para metalhead yang tengah berisitirahat memanfaatkan jeda waktu break ashar. “ Metalheads Rock In Solo, semuanya merapat ke panggung B….!!!! “ teriak MC Anas dari atas panggung.  Kontan saja aliran ribuan  penonton langsung mengarah ke panggung B yang terletak di sisi tenggara alun – alun.

Di atas panggung sudah terlihat dua orang cowok dan seorang cewek berdiri membelakangi penonton sementara seorang lagi, cowok, sudah duduk di belakang set drum. Mereka adalah Ishtar, band bergenre symphonic metal asal Korea yang sebelumnya nampak memasuki area alun – alun dengan bus. Sebuah komposisi intro yang terdengar magis mengalun mengiringi kemunculan Binna Kim, sang vokalis yang nampak cantik dengan dress code yang berbeda dengan keempat kawannya, yaitu merah.

Penampilan Ishtar membuat suasana sedikit sejuk, meski bukan berarti menjadi dingin. Setelah selama lima jam digempur oleh nomor – nomor keras bertegangan tinggi oleh band – band death metal, grindcore, black metal dsb, Ishtar muncul dengan genre symphonic metal yang notabene sedikit lebih kalem, meski kegarangannya juga tak hilang.

Band ini baru saja merilis album pertamanya, berjudul Conquest pada bulan Agustus lalu. “ Saya membentuk band ini empat tahun lalu dan kami baru saja merilis album pertama. Judulnya Conquest. “ ungkap Binna ketika ditemui indonesiantunes.com di backstage beberapa saat seusai menyudahi penampilannya bersama bandnya. Penampilan di Rock In Solo adalah penampilan Ishtar yang pertama di luar negaranya.

Musik Ishtar cukup kental power metalnya. Tipe suara Binna seperti kebanyakan vokalis cewek symphonic metal lainnya, adalah sopran namun cengkok dan progress nadanya berbeda dengan mereka yang berasal dari Eropa yang cenderung mengalun . Binna, sesuai dengan asalnya, banyak mengambil cengkok dan nada – nada khas Korea yang banyak menggunakan jeda suara, meskipun ketika menjerit suara soprannya mengingatkan pada Tarja Turunen (eks Nightwish) di era album Oceanborn. Binna memang penggemar Tarja dan cukup lama tinggal di Eropa (Spanyol) sehingga pengaruh atmosfir Eropa cukup mempengaruhi selera musik cewek berambut lurus ini.

Selain Binna, personil Ishtar lainnya adalah One (gitar), Grey (gitar), Jimin (drum) dan satu lagi cewek bernama Dei yang memainkan bass. Band ini nampaknya baru berada di awal perjalanan karir internasionalnya. Dengan semakin mewabahnya genre symphonic metal belakangan ini, bukan tak mungkin suatu saat Ishtar akan semakin berkiprah di kancah internasional.

Ishtar tampil selama 35 menit di panggung B dan menyudahi penampilannnya sekitar pukul 16:00 WIB. Setelah Ishtar turun panggung, konsentrasi penonton mengarah kembali ke panggung C, di mana empat orang pria bule sedang bersiap – siap untuk tampil. Kali ini panggung C akan digebrak oleh band thrash/death metal asal Australia, Enforce. Band ini baru pada siang harinya tiba di Solo dikarenakan satu dan lain hal, sehingga mereka tak sempat checksound.

Meski demikian, hal itu tidak mengurangi kegarangan penampilan Enforce. Selama 45 menit Enforce menggempur metalheads yang kini semakin banyak jumlahnya dan tidak terpecah lagi konsentrasinya kepada penampil lain karena memang sejak Ishtar tampil, panggung B dan C difungsikan secara bergantian, tidak lagi berbarengan seperti sebelumnya. Nomor – nomor berbau campuran antara thrash dan death metal dimainkan oleh Scott Paull (bass), Rob Hartley (gitar/vokal), Guy Bell (gitar/vokal) dan Troy Watson (drum). Mereka bahkan memainkan juga lagu – lagu lama dari album pertama mereka yang rilis tahun 2000, di antaranya adalah lagu Nuclear war.

Enforce berasal dari Perth, Australia. Band ini sudah tiga kali main di Indonesia, tapi semuanya di Bali. Penampilan di Rock In Solo adalah penampilan keempat mereka di Indonesia dan yang pertama di Solo. Enforce sudah merekam tiga buah album sejak mereka terbentuk pada tahun 1990. Ketika ditanya pendapatnya tentang metalheads di Solo, Rob mengatakan bahwa dia terkesan. It’s absolutely great, the crowd was insane.” kata Rob ketika ditemui seusai manggung.

Enforce mengakhiri gempurannya pada pukul 16:35 WIB. Sebelum membesut lagu terakhirnya, Guy Bell sang vokalis mengingatkan penonton agar segera merapat ke panggung B setelah Enforce selesai bermain, karena di panggung B sedang bersiap – siap band sangar Deranged. “ Segeralah kalian ke panggung B setelah ini untuk menonton Deranged. Those guys are brutal!” kata Guy sambil menunjuk ke arah panggung B.

Beat rapat ala Deranged.

Tak berapa lama setelah Enforce turun panggung, suara gemuruh yang rapat dan cepat sudah terdengar dari panggung B. Deranged, band “cult” beraliran death metal asal Swedia sudah menggeber lagu pertamanya. Penonton segera berlarian ke arah panggung B.

Jauh – jauh dari Swedia, Deranged hanya datang bertiga ke Indonesia setelah ditinggal keluar oleh Martin Schonherr, vokalisnya baru – baru ini. Dengan formasi bertiga, tugas vokal dirangkap oleh gitaris Thomas Ahlgren. Selain Thomas, Deranged juga diisi oleh Rikard Wermen (drum) dan Andreas Johansson (bass). Formasi inilah yang menggedor Rock In Solo 2011.

Naik panggung pada pukul 16;40 WIB, Deranged langsung menunjukkan bahwa apa yang diucapkan oleh Guy, vokalis Enforce memang benar adanya. Pria – pria Swedia ini memang benar – benar brutal!. Sepanjang hampir satu jam para metalheads dihajar dengan lagu – lagu sangar yang cepat dan rapat.

” Tahukah kalian, kami baru saja merilis album baru. ” kata Thomas kepada penonton yang disambut dengan teriakan ”yeaah!” dan acungan salam metal oleh penonton. ” Kalau kalian sudah dengar albumnya, pasti tahu sama lagu berikut ini. It’s Depraved and Zombified!!.” lanjut Thomas dengan suara growlnya. Penonton langsung chaos begitu Depraved and Zombiefied, salah satu lagu di album terbaru mereka digeber.

Salah satu ciri khas musik Deranged adalah pukulan drum Rikard Wermen yang sangat rapat dan cepat atau yang biasa disebut blast beat. Pola nge-drum seperti itulah yang ditunjukkan oleh Rikard dalam Rock In Solo 2011.  Tampil secara live, gebukan Rikard tetap stabil dan rapi. Tidak kendor atau kehilangan tempo. Para personil Rajasinga yang ikut menonton Deranged bermain, sampai tak sanggup menahan diri untuk berkomentar. “#onstage DERANGED @RockInSolo2011 Mantap kali!!!” tulis mereka di akun twitternya.

Deranged baru saja pulang dari tur di Rusia dua minggu sebelum bermain di Rock In Solo 2011 yang oleh Rikard Wermen disebut sebagai tur yang menyenangkan meski di beberapa show penontonnya tak terlalu banyak. Band ini juga belum bermain di satu festival pun pada musim panas tahun ini.  “ Musim panas ini kami belum bermain di satu festival pun, musim panas tahun lalu kami bermain di beberapa festival dengan jadwal yang lumayan padat. “ kata Rikard ketika ditemui indonesiantunes.com di lobi hotel tampatnya menginap, pada Jumat malam (16/9/11), sehari sebelum Rock In Solo 2011 digelar.

Tepat pukul 17:30 Deranged mengakhiri suasana chaos di depan panggung B. Deranged menjadi band penutup sesi siang Rock In Solo 2011 dengan meninggalkan raut puas bercampur keringat di wajah para penonton. Bersamaan dengan itu pula, MC mengumumkan bahwa sudah tiba saatnya break azan magrib dan isya hingga pukul 19:00 WIB. Kesempatan break yang cukup lama ini dimanfaatkan para penonton untuk membeli minuman dan makanan, atau hanya sekadar melepas lelah berbaring di tanah dengan beralaskan jaket atau tas mereka. Suasananya sangat menyenangkan di mana di antara para penonton saling membaur dan ngobrol. Senja pun tiba mengawali sebuah malam minggu yang akan berbeda dari malam minggu – malam minggu sebelumnya di Kota Solo.

A blasting Saturday night in Solo

Pukul 19:00 WIB seperti yang diinformasikan sebelumnya, Rock In Solo 2011 kembali dilanjutkan. Panggung A yang sesiangan tidak diaktifkan mendadak dipenuhi penonton sejak pukul 18:30 WIB. Sementara tiga panggung lainnya gantian dinon-aktifkan. Yup, lima band penampil utama Rock In Solo 2011 akan segera tampil di panggung A yang ukurannya paling besar.

Jika di sore hari sebelumnya ada Ishtar yang tampil menawan di panggung B, maka malam harinya ada satu lagi band asal Korea yang akan tampil di panggung A. Namanya Oathean. Band yang dimotori oleh Kim Do-Su ini memainkan patern black metal yang melodius dan dibalut bebunyian symphonic.

Tampil dengan formasi berlima, sound yang dihasilkan oleh Oathean terdengar sangat penuh karena mereka menggunakan tiga gitar. Nomor – nomor dari dua album terakhir mereka yaitu Regarding All The Sadness Of The World (2008) dan Oathean (2010) banyak digeber malam itu. Salah satunya adalah lagu berjudul Reincarnation. Pada rilisan – rilisan terakhirnya Oathean cenderung memadukan sound death metal yang berat dan penuh dengan vokal black metal yang menjadikan band ini agak berbeda dengan kebanyakan band black metal lainnya. Album – album Oathean dirilis oleh label Jusin Production yang tak lain adalah milik Kim Do-Su, dedengkot Oathean. Jusin Production juga yang merilis album perdana Ishtar yang berjudul Conquest.

Oathean selesai manggung pukul 20:00 WIB. Kemudian ada jeda sekitar 10 menit yang diisi oleh ocehan – ocehan dua orang MC yaitu Adia dan Aria. Penampil berikutnya adalah band yang sudah tak asing lagi bagi publik metal Solo, yaitu Down For Life.

Band yang saat ini sedang merekam album keduanya ini langsung menaikkan suhu pertunjukan dengan lagu – lagu yang sudah akrab di telinga Pasukan Babi Neraka (fans Down For Life) yang malam itu rata – rata muncul dengan t-shirt bertuliskan Down For Life dan mendominasi baris depan panggung.  Selama sekitar 1 jam Down For Life menghajar panggung lengkap dengan ucapan – ucapan provokatif Ajie sang vokalis yang mengajak metalheads untuk terus berpesta. Tensi pertunjukan pun semakin meningkat. Pukul 21:00 kelima personil Down For Life menyudahi aksinya dan meninggalkan panggung.

Kembali ada jeda cukup lama sebelum sebuah band yang cukup disegani asal Bandung muncul di panggung. Yup, it’s BurgerKill! Band yang baru saja merilis album baru berjudul Venomous ini disambut dengan meriah oleh para metalheads yang sudah meneriakkan berulang – ulang nama BurgerKill ketika mereka belum muncul di panggung. Tampil dengan t-shirt berwarna merah bergambar logo album baru mereka, kelima personil band yang terbentuk tahun 1995 ini menggempur sekitar 7000an metalheads yang sebagian besar berbaju hitam. Penonton tak henti ikut meneriakkan setiap lagu band yang didirikan oleh gitaris Ebenz ini. Dalam show kali ini, BurgerKill mengajak Adam Vladvamp (bassist Koil) untuk memainkan loop/sampling di sepanjang penampilan BurgerKill.

Ketika BurgerKill sampai di bagian akhir lagu Darah Hitam Kebencian yang merupakan lagu pamungkasnya, suasana di area depan panggung yang merupakan area wartawan mendadak heboh. Joko Widodo, walikota Solo muncul dari sebelah kanan panggung dengan jaket merah dan kaos hitam bertuliskan Lamb Of God. Sambil berjalan di depan panggung, Jokowi menyalami para metalheads yang berada di baris depan. Viky vokalis BurgerKill spontan berteriak kepada para penonton di sela – sela lagu yang masih mengalir deras. “ Angkat tangan kalian untuk bapak walikota Soloooo!!!” teriak Viky yang langsung disambut dengan heboh oleh para penonton.

Sebelumnya, Joko Widodo atau yang akrab disapa Jokowi melalui akun Twitternya memang mengatakan akan hadir di acara ini. Walikota satu ini memang menyukai musik – musik cadas. “Saya suka Metallica, led Zeppelin, Lacuna Koil, Lamb of God dan banyak lagi” kata Jokowi malam itu. Lebih jauh Jokowi juga mengatakan bahwa bukan tak mungkin Metallica pun bisa dihadirkan ke Solo. “Kalau memang panitianya bisa, saya kira Metallica pun bisa didatangkan tahun depan”  kata Jokowi menanggapi pertanyaan MC Adia yang menanyakan band mana yang diharapkan oleh Jokowi untuk hadir di Rock In Solo 2012 tahun depan. Ucapan jokowi ini langsung disambut gemuruh gegap gempita ribuan metalheads. Sebuah harapan yang bukan tak mungkin akan menjadi kenyataan suatu saat.

Ensembel cadas Death Angel

Sekitar pukul 21:30 panggung yang semula gelap mendadak terang disambung dengan sebuah intro lagu yang langsung menyengat para metalheads yang sebelumnya masih duduk – duduk santai di tanah menanti dua band utama yang akan tampil. Mereka langsung berdiri serempak begitu empat pria gondrong tinggi besar muncul di atas panggung menggeber lagu berjudul A Soulless God. Yes! Kataklysm onstage!

Tak kalah tersengat adalah para wartawan yang langsung mengarahkan kamera foto dan videonya ke arah panggung. Di atas panggung, Maurizio Iacono (vokal), Stephane Barbe (bass), Max Duhamel (drum) dan sang gitaris, Jean-Francois Dagenais muncul dengan dandanan serba hitam polos. Beberapa nomor dari album terbaru mereka Heaven’s Venom diluncurkan dan disambut meriah oleh para metalheads.

“ Kami diberitahu bahwa metalheads Indonesia itu gila. Jadi kami ingin lihat besok apakah kabar itu benar!”  kata Max Duhamel ketika sehari sebelumnya ditanya oleh indonesiantunes.com tentang apa yang dia ketahui tentang metalheads Indonesia. Maka jika melihat respon penonton yang terus menggila sepanjang 12 lagu yang dibawakan oleh jagoan death metal asal Kanada ini, rasanya Max telah mendapatkan pembuktian yang dicarinya.  Sedikit gangguan tehnis sempat terjadi pada gitar Dagenais ketika memasuki lagu kedua dan membuat Maurizio berkata pada penonton untuk sedikit bersabar sampai gitar Dagenais bisa berfungsi kembali. Setelahnya, penonton kembali dihajar sampai menjelang pukul 11:00 ketika mereka mengakhiri penampilan pertama mereka di Asia Tenggara ini dengan lagu Push The Venom yang sudah diminta para metalheads sejak pertama mereka muncul di panggung.

Jeda terlama terjadi selepas Kataklysm turun panggung. Hampir setengah jam suasana di panggung gelap sebelum akhirnya muncul sebuah tayangan trailer film dokumenter tentang Death Angel di background panggung. Setelahnya, sang headliner pun muncul. Berturut – turut Rob Cavestany (gitar), Ted Aguillar (gitar), Damien Sisson (bass), Will Carroll (drum) dan sang Vokalis Mark Osegueda muncul di panggung.

Jumlah penonton yang sudah agak berkurang tidak membuat semangat Death Angel kendor. Mereka terus menggeber lagu – lagu mereka yang rata – rata diambil dari album terakhirnya Relentless Retribution yang rilis tahun lalu. Di album terbaru ini Death Angel bekerja sama dengan produser Jason Suecof yang juga pernah menangani album Trivium. Menurut Rob Cavestany, hadirnya Jason Suecof sebagai produser sangat berpengaruh pada sound di album Relentless Retribution. “ Album ini memang berbeda dibandingkan album – album sebelumnya. Soundnya terdengar lebih powerfull, karena kami bekerjasama dengan Jason Suecof yang tahu bagaimana mengembangkan sound yang bagus. “ ungkap Rob kepada indonesiantunes.com di acara jumpa pers Rock In Solo pada Jumat siang (16/9/11).

Sound yang powerful dan berisi itulah yang ditunjukkan Death Angel sepanjang 14 lagu dalam ensembel cadas mereka di Rock In Solo 2011. Claws In So Deep, nomor andalan dari album terbaru, mendapat jatah dibawakan pada urutan keempat. Mark dkk juga menggeber tembang – tembang lawas seperti Seemingly Endless Time dari album Act III (1990) yang merupakan album mereka yang sukses pada dekade 90an.

Dengan sebuah encore, Death Angel menutup penampilannya di Rock In Solo 2011 dengan tembang Thrown To The Wolves, tembang yang diambil dari album The Art Of Dying yang dirilis tahun 2004 selepas mereka vakum panjang sejak tahun 1991.

Akhirnya bersamaan dengan teriakan dua MC Adia dan Aria yang mengatakan sampai jumpa di Rock In Solo 2012, edisi kelima festival metal garapan The ThinK Organizer ini pun secara resmi berakhir pada pukul 00:30. Penonton secara tertib keluar dari venue dan pulang ke rumah masing – masing. Tidak ada pagar pembatas yang didobrak, tidak ada pintu masuk yang jebol, tidak ada perkelahian.

Rock In Solo : Heritage Metal Fest 2011 telah berjalan damai dan memuaskan pihak – pihak yang terlibat di dalamnya baik sebagai penonton, penampil maupun penyelenggara. Bapak Joko Widodo dengan lugas menulis di akun Twitternya @jokowi_do2 seusai acara selesai “Death Angel Berkelas….Mantabs!”. Sementara Kataklysm juga tak ketinggalan mengungkapkan kesannya bermain di Rock In Solo 2011. Indonesia, we will be back !! fantastic show and great metalheads !! “ tulis mereka di akun Twitternya, @kataklysmband. Tak ketinggalan para tukang parkir yang tersebar di seputar alun – alun pun tersenyum lebar. “ Capek sih, mas. Tapi lumayan hari ini.” Ujar seorang tukang parkir yang berada di depan kantor Polsek Pasar Kliwon, sebelah tenggara alun – alun.

Akhir kata,semoga kesuksesan tahun ini bisa menginspirasi penyelenggara untuk lebih yahud lagi dalam penyelenggaraan berikutnya. Metallica? Lamb Of God? atau Slayer? Bukan tak mungkin. So, sampai jumpa tahun depan, metalheads!! (Ariwan K Perdana/ Twitter: @azraeldana)