Deskripsi
Dalam kancah musik Rock Indonesia, nama Donny Fattah, tidak bisa diabaikan. Sebagai salah satu performer super group rock legendarai Indonesia, “GodBless”, Donny Fattah ternyata berperan besar dalam mengawal kesuksesan GodBless hingga band ini berusia 40 tahun.
Melihat sosok Donny Fattah, kebanyakan orang mungkin cenderung menilainya sebagai seorang yang pendiam, kalem dan tidak banyak omong, namun dibalik karakter tersebut Donny memeliki segudang ide dan kreativitas bermusik yang sebagian “ditumpahkan” di GodBless.
Saat menerima kiriman buku karya Asriat Ginting ini, saya sempat berfikir kenapa buku otobiografi Donny Fattah dulu yang terbit ketimbang buku profil-nya “Sikribo” alias Achmad Albar. Padahal, frontman God Bless yang lebih dikenal publik adalah Achmad Albar yang sering dipanggil Iyek. Apalagi, sebelumnya saya juga mendapati buku karya Siti Nasyiah tentang Ucok Aka Harahap yang pernah duet bareng Achmad Albar dalam album “DuoKribo” yang cukup menghebohkan itu. Namun, ditengah pertanyaan (dalam hati) tersebut, saya kemudian memaksakan diri membaca buku karya Asriat Ginting yang ternyata juga fans berat dari GodBless.
Membaca kisah Donny Fattah dalam buku terbitan “Unifikata” ternyata memang dahsyat. Donny Fattah hidup dengan totalitas bermusik dalam GodBless. Tidak salah jika subtitle buku ini mengutip “Bersama Godbless, untuk GodBless” Buku setebal 207 halaman ini seakan membedah kisah, perjalanan dan memori lengkap dari seorang Donny Fattah yang memotori berdirinya GodBless bersama personel awal; Achmad Albar dan Fuad Hasan.
Banyak sisi menarik dari seorang Donny Fattah yang tidak banyak diketahui Publik, misalkan saat Donny Fattah menjadi local staff di KJRI di Houston (Texas)- AS selama 2 tahun 8 bulan. Ditengah “keterpaksaan” jabatan itu, dia harus duduk manis dibelakang meja dengan dandanan rapi (klimis dan berdasi), serta dengan jam kerja yang teratur. Memang dasar jiwanya musisi, lepas jam kantor Donny keluyuran ke bar-bar yang menyajikan musik rock. Disanalah dia bertemu dengan musisi rock ternama seperti Van Halen, Ratt, Quiet Riot, dan band lainnya yang tengah meniti karir.
Donny memanfaatkan “Aji Mumpung”, dengan visa A2 dia dengan gampang berkenalan dengan musisi besar seperti Paul Mc Cartney, Geddy Lee (Rush), Chris Squire (Yes), dan Mike Rutherford (Genesis). Donny Fattah juga sempat ngobrol-ngobrol dengan Geddy Lee dirumahnya selama lebih dari 4 jam tentang banyak hal, mulai dari karir, hidup dan musik. Pertemuan dengan personel Rush inilah menyebabkan Donny Fattah “hengkang” dari posisinya sebagai Staff KJRI Houston dan kembali aktif membangun GodBless.
Buku yang ditulis dengan gaya bahasa yang “renyah” ini juga menyajikan foto-foto menarik dari perjalanan Donny Fattah dan GodBless, berikut beberapa album GodBless dimana Donny berperan besar didalamnya, seperti album “Cermin”, “Semut Hitam” dan “Raksasa”.
Kepiawaian bermain Bass Donny Fattah memang banyak yang mengakuinya. Banyak yang kaget ketika Donny begitu “Liar” dan menikmati permainannya diatas panggung, berbeda dengan keseharian yang tenang dan kalem. Gaya permainan bass-nya tergolong diatas rata-rata bassist Indonesia. Hal ini diakui Eet Sjahranie yang pernah menjadi gitaris GodBless menggantikan Ian Antono yang kala itu sibuk dengan proyek musikal menerbitkan musisi ternama lainnya, seperti Nicky Astria dan Ikang Fauzi. Menurut Eet, Donny Fattah memiliki cara unik dalam memainkan Bass-nya, yaitu dengan tidak menggunakan alat berupa pedal compressor, tapi dengan menggunakan pick ukuran medium dan memainkan bassnya sedemikian rupa sehingga seolah-olah ter-compressed.
Diluar kehebatannya memainkan bass, Donny Fattah dikenal dengan pribadi yang hangat, komit dan setia kawan. “Sepanjang kenal Donny, gue lihat dia orangnya baik. Terlalu baik malah. Kalau ada yang kesusahan dia selalu bantu sampai kadang duit habis dan dia sendiri nggak dapat apa-apa. Dia paling solider dan paling nggak bisa ngelihat temannya susah,” ungkap Teddy Sujaya, mantan Drummer GodBless yang kini sedang menggarap project “TSP-Teddy Sujaya Project”.
Lain lagi kata Abadi Soesman, keyboardis GodBless. Menurutnya, Donny seorang yang filosofis. Ucapan-ucapannya kadang berupa nasihat, perenungan, memiliki makna yang dalam sama seperti syair-syairnya dalam lagu “Anak Adam”, “Cermin”, “Musisi” dan Ingat..
Kehadiran buku ini bisa dibilang berhasil memenuhi keingintahuan para penggemar GodBless dan masyarakat pecinta musik Indonesia tentang perjalanan Donny Fattah bersama karya-karyanya. Tentu saja, banyak yang berharap, Donny Fattah masih bisa terus berkarya dan mengajarkan ilmunya kepada para musisi muda. Ditengah harapan itu, tentunya banyak juga yang berdoa untuk segera pulihnya Donny Fattah dari kondisi kesehatan yang kurang baik. [lysthano/cinmi/foto cover: Unifikata]
Ulasan
Belum ada ulasan.